Banner Pemprov
Pemkot Baru

Demokrasi Indonesia dan Korea Selatan: Dua Jalan Berbeda Menuju Stabilitas Politik

Demokrasi Indonesia dan Korea Selatan: Dua Jalan Berbeda Menuju Stabilitas Politik

Demokrasi di Asia memiliki wajah yang sangat beragam, dan Indonesia serta Korea Selatan adalah dua contoh negara yang menunjukkan perjalanan demokratis yang penuh dinamika.-dok.Sumeks.co-

Oleh: Paula Delimasati, Mahasiswa Program Studi: Ilmu Politik UIN Raden Fatah Palembang
NIM : 24031420075
 

Paula Delimasati, Mahasiswa Program Studi: Ilmu Politik UIN Raden Fatah Palembang.-dok.Sumeks.co-
 
Demokrasi di Asia memiliki wajah yang beragam. Indonesia dan Korea Selatan adalah dua contoh negara yang menunjukkan bahwa demokrasi tidak tumbuh dalam satu bentuk tunggal.
 
Keduanya pernah berada di bawah rezim otoriter dan sama-sama berhasil membangun sistem pemerintahan yang lebih terbuka. Namun, stabilitas dan kualitas demokrasi yang mereka capai hari ini menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Transisi Demokrasi: Indonesia Dinamis, Korea Selatan Terkonsolidasi

Indonesia memasuki era demokrasi pasca jatuhnya Orde Baru tahun 1998. Transisinya berlangsung cepat, tetapi sistem politik yang lahir bersifat longgar, fragmentatif, dan penuh kompromi.

Banyak partai muncul, namun tidak semuanya memiliki ideologi atau struktur yang kuat. Demokrasi Indonesia menjadi sangat hidup, tetapi sering kali tidak efektif.

Sebaliknya, Korea Selatan memasuki era demokrasi beberapa tahun lebih awal, yakni pada 1987. Transisinya lebih terkonsolidasi dan terkendali.

Mereka mampu membangun sistem multipartai yang tetap kompetitif, tetapi tidak terlalu terfragmentasi. Partai-partai besar memiliki struktur dan ideologi lebih solid, sehingga stabilitas politik lebih mudah terbentuk.

Indonesia tumbuh sebagai demokrasi yang inklusif, sementara Korea Selatan tumbuh sebagai demokrasi yang terstruktur dan terkonsolidasi.

Peran Negara dan Elite: Korea Terarah, Indonesia Cair dan Kompromistis

Korea Selatan mempertahankan peran negara yang tegas dalam pembangunan ekonomi dan pengelolaan politik. Kebijakan publik dapat dijalankan secara konsisten tanpa terlalu banyak gangguan dari tarik-ulur kepentingan elite.

Indonesia berbeda. Demokrasi di Indonesia sering diwarnai negosiasi berlapis—melibatkan elite politik, partai, dan bahkan oligarki ekonomi. Ruang kompromi yang terlalu luas sering membuat kebijakan publik lambat atau tidak berjalan secara konsisten.

Birokrasi: Pilar Stabilitas Korea, Tantangan bagi Indonesia

Kualitas birokrasi menjadi pembeda penting antara kedua negara.

Aspek Indonesia Korea Selatan
Profesionalisme Birokrasi Tidak merata, cenderung dipengaruhi patronase dan politik Berbasis meritokrasi dan seleksi ketat
Konsistensi Kebijakan Bisa berubah karena elite dan kepentingan politik Stabil, terencana, dan konsisten
Korupsi Masih menjadi tantangan sistemik Ditekan melalui penegakan hukum dan reformasi administratif

Menurut saya, profesionalisme birokrasi Korea Selatan menjadi fondasi stabilitas politik yang kuat, sementara di Indonesia justru masih menjadi pekerjaan rumah besar.

Masyarakat Sipil: Indonesia Lebih Plural, Korea Lebih Efektif

Masyarakat sipil Indonesia beragam, dinamis, dan vokal. Kebebasan berpendapat dan ruang publik terbuka lebar. Namun, keragaman ini sering memunculkan polarisasi, terutama berbasis agama, etnis, atau identitas politik.

Korea Selatan juga memiliki masyarakat sipil yang kuat dan kritis, terbukti lewat gerakan Candlelight Movement 2016. Namun, suara publik cenderung lebih disiplin, terarah, dan fokus pada tuntutan kebijakan yang konkret.

Siapa Lebih Stabil?

Menurut saya, Korea Selatan memiliki stabilitas politik yang lebih tinggi dibanding Indonesia, karena:

  1. Partai politik lebih terstruktur dan sedikit fragmentasi.

  2. Negara memiliki kapasitas yang kuat dan konsisten.

  3. Birokrasi bekerja profesional dan minim konflik kepentingan.

  4. Masyarakat relatif homogen dan tidak terlalu terbelah secara identitas.

Namun, Indonesia unggul dari sisi inklusi dan pluralisme, karena lebih membuka ruang demokrasi bagi berbagai kelompok masyarakat, termasuk minoritas, kelompok adat, dan komunitas sipil. Dua Demokrasi, Dua Jalan Menuju Stabilitas

Indonesia dan Korea Selatan menunjukkan bahwa demokrasi tidak berkembang dalam satu pola yang sama.

  • Korea Selatan mencerminkan demokrasi yang stabil, terkonsolidasi, dan efektif dalam pengambilan kebijakan.

  • Indonesia mewakili demokrasi yang plural, terbuka, dan penuh partisipasi, tetapi masih menghadapi tantangan dalam konsolidasi institusi.

Jika Indonesia ingin mencapai stabilitas politik seperti Korea Selatan, reformasi birokrasi, penguatan partai politik, dan perbaikan institusi negara harus menjadi prioritas utama.

Demokrasi bukan hanya soal kebebasan. Demokrasi juga harus mampu menghadirkan stabilitas, keadilan, dan kesejahteraan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: