Heboh! #BoikotTrans7 Trending, Direktur Produksi Andi Chairil Kembali Minta Maaf ke Ponpes

Heboh! #BoikotTrans7 Trending, Direktur Produksi Trans7 Andi Chairil Kembali Sampaikan Permintaan Maaf ke Ponpes Lirboyo dan Madura, pengasuh dan alumni--
Ribuan warganet, terutama dari kalangan alumni pesantren dan simpatisan Nahdlatul Ulama (NU), mengunggah kecaman keras terhadap stasiun televisi tersebut.
Mereka menilai, tayangan “Expose Uncensored” menunjukkan minimnya sensitivitas terhadap nilai-nilai keagamaan dan kultural pesantren yang selama ini menjadi benteng moral masyarakat.
Beberapa akun bahkan menyerukan pemboikotan terhadap program-program Trans7 sebagai bentuk protes moral.
“Kami tidak bisa menerima ulama kami dihina atas nama hiburan atau investigasi,” tulis salah satu pengguna X.
“Trans7 harus bertanggung jawab, bukan hanya minta maaf di layar,” tulis lainnya.
Bahkan, beberapa tokoh publik dari kalangan pesantren turut menyuarakan keprihatinan.
Mereka menilai, kasus ini bisa menjadi pelajaran penting bagi media agar lebih berhati-hati dalam mengangkat tema keagamaan.
Dalam pernyataan lanjutannya, Andi Chairil memastikan bahwa Trans7 akan melakukan evaluasi internal secara menyeluruh, terutama terhadap program-program yang melibatkan pihak ketiga atau rumah produksi eksternal.
“Kami akan memperketat pengawasan konten dan memastikan setiap tayangan mematuhi nilai-nilai etika jurnalistik serta menghormati keberagaman budaya dan agama di Indonesia,” katanya.
BACA JUGA:Humapon Bahrul Ulum Tanjung Lago Meriah, Dihadiri Wapres Gibran dan KH Miftachul Akhyar
BACA JUGA:Gubernur Herman Deru Apresiasi Ponpes Bahrul Ulum sebagai Ruang Sinergi Pendidikan Agama dan Modern
Rencananya, pertemuan tabayyun antara pihak Trans7 dan pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo akan dilakukan dalam waktu dekat, dengan harapan bisa memulihkan hubungan baik dan mengakhiri kesalahpahaman.
Sementara itu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) disebut tengah memantau kasus ini dan berpotensi memanggil manajemen Trans7 untuk dimintai klarifikasi resmi.
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi dunia penyiaran Indonesia bahwa kebebasan berekspresi dalam media massa tidak boleh menabrak nilai-nilai moral dan keagamaan.
Tayangan yang dianggap “satir” atau “investigatif” sekalipun tetap harus menjaga batas etika dan menghormati simbol-simbol keagamaan yang hidup di tengah masyarakat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: