Banner Pemprov
Pemkot Baru

Women Forest Defender di Palembang, dari Komitmen ke Aksi Nyata Penjaga Hutan

Women Forest Defender di Palembang, dari Komitmen ke Aksi Nyata Penjaga Hutan

FP3HI, PINUS, dan TAF menyatukan perempuan dan pemuda penjaga hutan Sumsel untuk memperkuat kapasitas, usaha hijau, dan advokasi kebijakan.--

Saat ini FP3HI Sumsel menjadi ruang konsolidasi perempuan penjaga hutan dari berbagai kabupaten—Muara Enim, Lahat, Banyuasin, Muba, Pagaralam, OKU, Empat Lawang, hingga Musi Rawas untuk saling belajar, mengakselerasi kepemimpinan, dan memperkuat advokasi kebijakan responsif gender di tingkat tapak.

Di dalam ruang diskusi, ragam kisah inspiratif mengemuka. Acara juga menampilkan talkshow “Dari Komitmen ke Aksi: Menguatkan Sinergi Antar-Pihak dalam Perhutanan Sosial Responsif Gender” dan pitching bisnis kopi serta HHBK oleh lima Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) perempuan.

Mereka memperkenalkan inovasi seperti kopi petik merah premium, parfum kopi, lilin aromaterapi, masker kopi, hingga kerajinan bambu — bukti konkret sirkulasi nilai tambah di desa hutan dipimpin perempuan.

“Forum ini bukan hanya ruang berbagi, tetapi tempat konsolidasi agar suara perempuan penjaga hutan terdengar dalam kebijakan perhutanan sosial. Dari hutan kami belajar, dari kebersamaan kami menguat,” kata Ani Tasriah (FP3HI Sumsel).

BACA JUGA:Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Umumkan Penangkapan 46 Pelaku Pembakaran Hutan (Karhutla)

BACA JUGA:PUNTI KAYU, Hutan Wisata Alam di Tengah Kota yang Perlu Sentuhan Ajaib

Perubahan nyata juga tercermin dari pelaku usaha. “Dulu kami hanya membantu suami di kebun. Sekarang kami punya usaha sendiri dari hasil hutan mengolah kopi dan lilin aromaterapi—dan menjualnya lebih luas,” ujar Pitriwati dari KUPS Beringin Jaya Desa Tenam Bungkuk.

Generasi muda tak ingin sekadar menyaksikan. “Anak muda tidak boleh diam. Kami ikut memantau hutan, menjaga sumber air, dan membuktikan bahwa generasi muda bisa jadi garda depan pelestarian,” kata Tessa Pranisti, pemudi Desa Kota Padang.

Selama dua hari, peserta mengikuti pelatihan dengan berbagai subtema seperti kelembagaan dan usaha perhutanan sosial, monitoring hutan partisipatif, serta advokasi kebijakan dan anggaran.

Kegiatan ditutup dengan pemilihan struktur baru FP3HI Sumatera Selatan, sekaligus penyusunan rencana kerja 2025–2027 yang menitikberatkan pada penguatan usaha perempuan, perlindungan hutan, dan advokasi kebijakan.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: