SUMEKS.CO - Pasar makanan hewan kesayangan di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan signifikan seiring meningkatnya tren global. Tahun ini, nilai pasar pet food nasional diperkirakan menembus angka Rp25 triliun, atau naik sekitar 10–15 persen dibanding tahun lalu. Angka ini menjadi peluang emas yang tak ingin dilewatkan oleh Evo Group.
Sejalan dengan arah kebijakan hilirisasi yang dicanangkan pemerintah, sejak 2023 Evo Group telah mendirikan PT Evo Manufakturing Indonesia (EMI) sebagai pusat produksi makanan hewan modern. Pabrik berteknologi tinggi ini berdiri di atas lahan seluas 12 hektare di Jalan Tanjung Api-Api KM 43, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Pabrik Pet Food Basah Pertama di Indonesia
Pabrik EMI menjadi pelopor industri makanan hewan di Tanah Air dengan memproduksi makanan hewan basah (wet food) sekaligus makanan hewan kering (dry food) berstandar internasional. Tak hanya pertama di Indonesia, fasilitas ini juga diklaim sebagai yang tercanggih di Asia Tenggara.
“Pabrik ini dirancang dengan kapasitas maksimal 300 ribu ton per tahun, terdiri dari 180 ribu ton wet food dan 120 ribu ton dry food. Target kapasitas optimal ini kami harapkan bisa tercapai pada 2030,” ujar CMO Evo Group, Dimas Baskoro, Senin (6/10/2025).
Dengan skala sebesar itu, Indonesia diharapkan mampu mengurangi defisit perdagangan di sektor pet food. Pasalnya, ekspor makanan hewan asal Indonesia saat ini masih di bawah 5 persen dari total impor.
Dukungan Pemerintah untuk Pasar Global
Langkah besar Evo Group mendapatkan perhatian langsung dari pemerintah. Dalam audiensi pada April 2025, Menteri Perdagangan menyatakan dukungannya agar Evo Group bisa menembus pasar internasional, sekaligus memperkuat daya saing produsen lokal di dalam negeri.
BACA JUGA:Astra Motor Sumsel Ajak Komunitas Honda Rasakan Sensasi Nocturnity Riding di Palembang
Tak hanya soal ekspor, pabrik ini juga berkomitmen memanfaatkan sumber daya lokal. Mulai dari bahan baku hingga tenaga kerja, EMI menempatkan masyarakat sebagai bagian penting dari proses pertumbuhan. Saat ini, tercatat lebih dari 400 karyawan telah direkrut, dengan 50 persen berasal dari Kabupaten Banyuasin, dan 90 persen merupakan putra daerah Sumatera Selatan.
“Jika beroperasi penuh, kami memerlukan 1.500 hingga 2.000 tenaga kerja. Artinya, pabrik ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga membuka ruang kerja dan masa depan baru bagi masyarakat,” tegas Dimas.
Standar Internasional, Dampak Nasional