Dengan informasi yang mudah diakses melalui media sosial, banyak pengguna sadar bahwa fitur mewah tidak selalu harus datang dari ponsel mahal.
Namun, tentu saja ada sisi lain yang juga perlu diperhatikan.
Ponsel murah rasa sultan ini kadang memiliki keterbatasan dari sisi pembaruan sistem operasi dan dukungan software jangka panjang. Beberapa model juga lebih cepat turun harga di pasaran dibanding brand besar.
BACA JUGA:Modus Isi Pulsa, Hp Pemilik Konter di Palembang Ini Langsung Dirampas
BACA JUGA:Vivo X Fold 5 HP Layar Lipat Tipis Performa Maksimal dengan Triple Camera 50MP
Meski demikian, bagi pengguna yang lebih mengutamakan value for money ketimbang gengsi, faktor tersebut tidak terlalu menjadi masalah.
Faktor yang membuat tren ini semakin menguat adalah gaya hidup generasi muda. Berdasarkan laporan survei digital, pengguna Gen Z cenderung mencari perangkat dengan desain stylish, kamera bagus untuk konten media sosial, dan baterai tahan lama.
Transsion dengan cerdas memenuhi semua kriteria ini, bahkan tanpa membebani kantong. Hasilnya, banyak anak muda yang merasa rugi jika tidak segera mencoba salah satu produknya. Fenomena FOMO atau fear of missing out pun ikut mendorong penjualan mereka.
Dari perspektif industri, langkah Transsion ini menjadi sinyal peringatan. Jika perusahaan mapan tidak segera menyesuaikan strategi harga dan fitur, dominasi mereka di pasar smartphone bisa terkikis secara perlahan.
BACA JUGA:Review Infinix Zero 5: HP RAM 6GB, Dual Camera di Belakang! Ini Spesifikasinya
BACA JUGA:Infinix HOT 40i HP Kamera 50MP, Cek Spesifikasi dan Kemampuan Fotografinya Disini!
Kompetisi yang lebih sehat memang menguntungkan konsumen, tetapi bagi pemain besar, keberhasilan Transsion jelas merupakan mimpi buruk.
Pada akhirnya, kehadiran ponsel murah rasa sultan dari Transsion memperlihatkan bahwa teknologi bukan lagi milik segelintir orang yang mampu membayar mahal.
Akses terhadap fitur canggih kini semakin terbuka lebar.