“Seharusnya pengecoran selesai saat Dhuhur, tapi ternyata molor sampai sore. Sepertinya penopang cor tidak kuat menahan beban hingga jebol,” terangnya.
Saat kejadian, hanya lantai satu musala yang digunakan untuk salat berjamaah. Lantai dua dan tiga sebenarnya diperuntukkan untuk pertemuan, namun belum dipakai secara resmi.
Sayangnya, proses pembangunan yang belum rampung justru berujung bencana.
Beberapa santri yang selamat menceritakan detik-detik bangunan roboh. Salah satunya, mengaku merasakan getaran kuat saat rakaat kedua salat Asar.
BACA JUGA:Sekda Hadiri Peresmian Ponpes Cendekia, Pemkot Palembang Siap Bantu Tanah Bangun Masjid
BACA JUGA:Walid Ponpes Baturaja Bakal Lama di Penjara, Ada Sederet Pasal Siap Menjeratnya
“Tiba-tiba plafon bergetar, lalu runtuh. Semua orang panik, kami berlari keluar, tapi banyak teman yang tertimpa,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Sejak Senin sore hingga Selasa malam, tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan relawan terus berjibaku mengevakuasi korban.
Alat berat didatangkan untuk mempercepat pencarian, namun kondisi bangunan yang masih rawan runtuh membuat petugas harus bekerja ekstra hati-hati.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Jules Abraham Abast, menyebut tim DVI Polri sudah mendirikan posko identifikasi korban.
“Posko bersama telah dibentuk untuk mempercepat identifikasi. Data sementara, ada 102 santri yang sudah dievakuasi, 91 selamat mandiri, 11 dievakuasi tim, dan tiga meninggal dunia,” terangnya.
Hingga Selasa malam, regu penyelamat masih meyakini ada beberapa korban yang tertimbun material. Evakuasi dilakukan tanpa henti, siang dan malam, demi memastikan seluruh korban bisa ditemukan.
Kabar duka ini langsung menyebar cepat ke berbagai daerah, termasuk ke Bangka Belitung, tempat asal salah satu korban jiwa, Muhammad Soleh.
Keluarga dan kerabat korban di kampung halaman larut dalam kesedihan setelah mendengar kabar kepergian almarhum.
Di Sidoarjo sendiri, suasana ponpes tampak dipenuhi santri, wali murid, serta masyarakat sekitar yang ikut memberikan dukungan.
Doa bersama dan salat gaib digelar untuk para korban. Sejumlah organisasi masyarakat dan relawan juga menyalurkan bantuan, baik berupa logistik, obat-obatan, maupun tenaga sukarela.