Pimpinan program studi juga memberikan apresiasi. Dr. Hastari Mayrita, M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, menegaskan bahwa microteaching kolaboratif menjadi landasan strategis untuk pengembangan ke depan, khususnya bagi Program Studi Profesi Guru (PPG).
Ia menekankan pentingnya keberlanjutan kegiatan serupa agar mahasiswa lebih matang sebelum terjun ke Program Asistensi Mengajar di sekolah.
BACA JUGA:Universitas Bina Darma Raih Akreditasi 'Baik Sekali' untuk Program Studi Teknik Industri
BACA JUGA:DIIB Universitas Bina Darma Lakukan Monitoring Program Binaan KOPCINT di Kota Jambi
Senada, Ketua Prodi Pendidikan Olahraga, Dr. Noviria Sukmawati, M.Pd., menekankan nilai sinergi yang tercipta. Menurutnya, perbedaan bidang studi justru memperkaya wawasan calon guru mengenai keragaman strategi pembelajaran.
Ia menyebut kegiatan ini sebagai model inovatif yang perlu dihidupkan kembali secara berkelanjutan.
Selain praktik, mahasiswa juga dibekali materi fundamental oleh dosen-dosen ahli. Materi tersebut mencakup penyusunan modul ajar kreatif, penerapan metode pembelajaran aktif, pengelolaan kelas yang efektif, pemanfaatan media dan teknologi, serta teknik pemberian umpan balik yang konstruktif.
Dengan dasar teori yang kuat, mahasiswa lebih siap menghadapi tantangan praktik mengajar.
BACA JUGA:Universitas Bina Darma Hadiri Musyawarah Nasional FORTEI Regional I Sumatera 2025
Keberhasilan kegiatan microteaching kolaboratif ini menjadi fondasi penting bagi agenda pengembangan keprofesian guru di Universitas Bina Darma.
Sinergi lintas prodi diharapkan dapat menjadi model inspiratif, tidak hanya untuk FSH UBD tetapi juga fakultas lain.
Dengan demikian, UBD turut berkontribusi dalam mencetak guru yang kreatif, adaptif, dan profesional, demi kemajuan pendidikan di Sumatera Selatan dan Indonesia secara umum.