Artinya, pengguna tidak hanya mendapatkan ponsel andal, tetapi juga jaminan kenyamanan penggunaan jangka panjang.
Di kubu lawan, hadir iQOO Neo 10 yang menawarkan pendekatan berbeda. Brand yang masih berada di bawah payung Vivo ini memosisikan dirinya sebagai pilihan utama bagi mereka yang haus performa.
Samsung Galaxy A56 5G --
iQOO Neo 10 dipersenjatai layar AMOLED 6,78 inci dengan refresh rate lebih tinggi, yakni 144Hz, ditambah teknologi LTPO yang membuat pengalaman scrolling dan gaming terasa super mulus.
Urusan performa, iQOO Neo 10 jelas unggul. Chipset Snapdragon 8s Gen 4 yang diusungnya masuk kategori flagship-lite, dengan skor AnTuTu menembus dua juta poin.
Bagi gamer mobile maupun pengguna berat, angka ini tentu menjadi jaminan bahwa ponsel bisa diajak ngebut tanpa hambatan.
Tak berhenti di situ, iQOO Neo 10 juga menanamkan baterai raksasa 7.000 mAh dengan dukungan fast charging 120W.
Hanya dalam waktu sekitar 30 menit, baterai bisa terisi penuh, menjadikannya senjata utama bagi pengguna aktif yang sulit lepas dari layar.
Namun, keunggulan tersebut tetap dibarengi sejumlah catatan. Antarmuka Funtouch OS berbasis Android 15 dinilai masih dipenuhi bloatware, yang bisa mengurangi kenyamanan sebagian pengguna.
Selain itu, perlindungan perangkatnya hanya IP65, sedikit di bawah Galaxy A56 yang sudah berstandar IP67.
Melihat perbandingan ini, jelas bahwa kedua smartphone memiliki segmentasi yang berbeda. iQOO Neo 10 lebih cocok untuk mereka yang mencari performa ekstrem, layar mutakhir, serta pengisian daya super cepat.
Sementara itu, Samsung Galaxy A56 5G hadir sebagai pilihan bagi pengguna yang mengutamakan stabilitas software, daya tahan perangkat, dan ketenangan dengan dukungan pembaruan jangka panjang.
Rebutan tahta mid-range kali ini bukan sekadar soal harga, melainkan juga tentang preferensi pengguna: apakah Anda berada di kubu tim performa maksimal atau tim keandalan jangka panjang?