Presiden mengecam keras pelaku usaha yang membeli gabah dari petani di bawah harga pasar dan menjual kembali beras biasa sebagai premium.
Ia menyebut praktik ini bagian dari sistem “serakahnomics” yang rakus dan tidak adil.
“Kalau saya punya Rp100 triliun dari efisiensi ini, saya bisa perbaiki 100 ribu sekolah. Itu dampak dari memberantas ‘serakahnomics’.”
7. Tegakkan Pasal 33 UUD 1945: Ekonomi untuk Rakyat
Di akhir pidatonya, Presiden menekankan bahwa perjuangan ekonomi ini bukan sekadar kebijakan teknis, tapi amanat konstitusi.
Presiden menyerukan dukungan seluruh lembaga negara dan rakyat untuk menegakkan keadilan sosial.
“Mari kita tegakkan kebenaran dan keadilan. Di dada kita hanya ada Merah Putih!”
Presiden Prabowo memperkenalkan istilah “serakahnomics” untuk menamakan model ekonomi yang serakah, eksploitatif, dan tidak berpihak pada rakyat.
Ia menolak semua bentuk dominasi ekonomi oleh kelompok tertentu yang merugikan petani, nelayan, dan pelaku UMKM.
BACA JUGA:Pertumbuhan Koperasi Merah Putih Capai 673 Unit di Sumatera Selatan hingga Juni 2025
“Ini bukan ekonomi pasar bebas, bukan sosialis. Ini serakahnomics. Dan kita lawan itu.”
Presiden meyakini bahwa solusi terbaik untuk menghadapi ancaman ini adalah penguatan koperasi berbasis desa dan pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan buatan dan laboratorium mutu daerah untuk pengawasan distribusi.
Acara ini turut dihadiri tokoh nasional seperti Ketua DPR Puan Maharani, Ketua DPD Sultan Bachtiar Najamudin, Wakil Ketua MPR Bambang Wuryanto, para menteri Kabinet Merah Putih, serta Gubernur Jawa Tengah Ahmad Lutfi.
Peluncuran koperasi Merah Putih disambut antusias oleh masyarakat, terutama pelaku UMKM, petani, dan pengusaha lokal yang kini berharap lebih banyak akses, pembiayaan, dan dukungan langsung dari negara.