"Akibat FOMO berlebihan, ratusan orang lebih sibuk abadikan pemandangan salat di lapangan Garung, Wonosobo dibanding mengejar ibadahnya! Bahkan ada yang salah depan Imam!" tulis akun tersebut dalam keterangannya.
Aksi ini pun menuai hujatan dari para warganet. Banyak yang menyayangkan lunturnya adab dalam beribadah, bahkan menilai hal ini sebagai bentuk pelecehan terhadap makna salat itu sendiri.
Ratusan warga membelakangi seorang imam saat gelar salat Idul Adha di sebuah lapangan desa di Wonosobo--
Seorang warganet dengan nama pengguna @nurm***** menuliskan komentar pedasnya.
"Demi feed Instagram, mereka rela shalat dengan membelakangi imam. Yang seperti ini bukan lagi FOMO, tapi FATAL. FATAL menempatkan dunia di atas ibadah. Apa gunanya pemandangan indah kalau niat sudah salah arah?"
Komentar lainnya datang dari akun @hiday***** yang turut menyoroti fenomena salat keluar dari syariat.
"Yang paling menyedihkan bukan cuma posisi mereka yang salah, tapi ketika kesalahan itu jadi tontonan massal tanpa ada yang mengingatkan. Kita hidup di era di mana kamera lebih didahulukan daripada kiblat."
Warganet lainnya juga berharap agar masyarakat dan tokoh agama setempat pun, diharapkan segera memberi edukasi mengenai pentingnya tata cara pelaksanaan salat yang benar.
Termasuk, menjaga adab dan kekhusyukan dalam ibadah berjamaah.
Beberapa tokoh ulama menegaskan bahwa salat tidak hanya tentang gerakan, tapi juga arah, niat, dan penghormatan terhadap pemimpin salat (imam).
Tokoh agama pun, turut menyayangkan kejadian tersebut dan akan melakukan koordinasi untuk meninjau pelaksanaan salat berjamaah di tempat terbuka ke depannya.
Mereka sangat prihatin, serta menyarankanerlu ada pendekatan kultural dan edukatif agar masyarakat memahami bahwa kekhusyukan ibadah tidak boleh dikorbankan demi konten atau visual semata.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa dalam era digital yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari, nilai-nilai dasar dalam menjalankan ibadah tetap harus dijaga.
Teknologi dan keindahan alam memang patut disyukuri, namun bukan menjadi alasan untuk melupakan hakikat ibadah yang sebenarnya, berserah diri dan tunduk kepada Sang Pencipta dengan sepenuh hati, jiwa, dan arah yang benar.