Kartu ini diharapkan selalu dibawa dan bahkan bisa ditempel di tas kecil agar mudah dikenali.
Sistem ini sangat membantu menghindari kebingungan, terutama bagi jemaah lanjut usia.
Ada Tiga Terminal Strategis Dekat Masjidil Haram.
PPIH menetapkan tiga terminal utama yang menjadi titik akhir bus Shalawat, yaitu:
Terminal Syib Amir: Untuk jemaah yang menginap di Syisyah dan Raudhah. Masuk ke Masjidil Haram bisa melalui pintu Marwah.
Terminal Jiad/Ajyad: Melayani jemaah dari Misfalah. Terletak di sisi belakang kanan Zam-Zam Tower.
Terminal Jabal Ka'bah: Untuk jemaah yang menginap di wilayah Jarwal. Patokan menuju terminal adalah WC 8 atau WC 9.
Sebanyak 27 rute bus Shalawat telah diatur dengan sistematis, mencakup semua hotel tempat jemaah haji Indonesia menginap.
Sejarah Layanan Bus Shalawat: Dari Darurat ke Sistematis.
BACA JUGA:Proses Pemvisaan Tutup, 41 Jemaah Haji Indonesia Dipastikan Gagal Berangkat Karena Visa Tak Terbit
BACA JUGA:Kabar Pesawat Haji Mauritania Jatuh di Laut Merah Adalah Hoaks
Layanan bus Shalawat bukanlah hal baru. Konsep ini pertama kali diimplementasikan pada tahun 2008, ketika pemerintah Arab Saudi membongkar sejumlah hotel dekat Masjidil Haram.
Kondisi ini memaksa jemaah Indonesia untuk tinggal di penginapan yang berjarak lebih jauh, bahkan hingga 10 km dari Masjidil Haram.
Saat itu, Menteri Agama almarhum Maftuh Basyuni memerintahkan agar disiapkan transportasi gratis untuk jemaah.
Sebanyak 600 bus disewa, meskipun belum memiliki sistem pengaturan maupun petugas yang terorganisir.
Seiring berjalannya waktu, sistem tersebut mulai ditata lebih baik, terutama setelah Kementerian Agama menggandeng Kementerian Perhubungan untuk membuat skema layanan yang lebih profesional.