"Saya yakin hari ini orderan bakal ramai. Karena banyak yang demo, otomatis jumlah pengemudi sedikit, dan pengguna tetap butuh transportasi. Mungkin ini rejeki juga bagi yang tetap narik," tambahnya.
Berbeda dari Maman dan Dedi, Hendri, pengemudi Gojek lainnya, menyatakan dirinya memilih tidak ikut aksi lantaran harus bekerja pagi hari.
BACA JUGA:Tersentuh, Ratu Dewa Kunjungi Driver Ojol yang Hilang Motor di TransMart Mall Palembang
Meski tidak turun ke jalan, ia menunjukkan solidaritas dengan mematikan aplikasi untuk sementara waktu.
"Saya tidak ikut aksi karena kerja pagi. Tapi saya menghormati perjuangan teman-teman. Aplikasi saya matikan sampai aksi selesai, sebagai bentuk dukungan," kata Hendri.
Aksi hari ini digelar oleh Aliansi Ojol Palembang Bersinergi bersama DPD Asosiasi Driver Online (ADO) Sumsel.
Ketua DPD ADO Sumsel, Muhammad Asrul Indrawan, menyebut aksi ini sebagai bentuk keprihatinan terhadap belum adanya regulasi jelas yang mengatur status dan perlindungan bagi pengemudi ojol roda dua.
Empat tuntutan utama mereka antara lain yaitu, penerbitan undang-undang yang mengatur ojek online roda dua dan status kemitraan, pemberlakuan tarif standar dan penghapusan program promo merugikan, pemangkasan potongan aplikasi maksimal 10 persen, serta sanksi tegas bagi aplikator yang melanggar aturan.
"Selama ini kami bekerja keras di jalanan, tapi aplikator yang menentukan tarif seenaknya. Potongan bisa sampai 30 persen, sangat tidak adil. Negara harus hadir untuk melindungi kami," tegas Asrul.
Meski tidak semua pengemudi turun ke jalan, semangat perjuangan tetap terasa. Curhatan para driver yang tetap on-bid hari ini menjadi potret nyata dilema antara idealisme perjuangan dan realita ekonomi.
Mereka berharap suara yang disuarakan dari simpang lima DPRD Sumsel bisa menjadi awal perubahan bagi dunia transportasi berbasis aplikasi.