Live yang berhasil menarik interaksi di awal baik melalui komentar, gift, atau share akan langsung naik ke FYP atau halaman utama.
BACA JUGA:Tahun Baru, Fenomena Baru 'YONO': Obrolan Hangat Gen Z Soal Gaya Hidup Minimalis
BACA JUGA:YONO: Tren Baru Gen Z yang Mengguncang Gaya Hidup Lama, Konsep YOLO Ditinggalkan Gen Z?
Maka, visualisasi ‘hidup glamor’ jadi modal utama. Tak heran jika properti seperti tas palsu, set studio sewaan.
Bahkan mobil mewah pinjaman, digunakan hanya untuk sesi live berdurasi 1–2 jam. Yang penting tampak elite di layar.
Cuan utama datang dari dua arah: gift digital dari penonton dan komisi dari penjualan produk.
Dalam satu sesi live, streamer bisa memasarkan produk viral seperti skincare glowing, softlens, atau casing HP lucu.
Barang-barang ini sering diklaim sebagai ‘rahasia glowing anak sultan’ atau ‘barang limited dari luar negeri’, padahal sejatinya adalah produk lokal yang dijual massal.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Smartband Terbaik, Stylish dan Mendukung Gaya Hidup Sehat
BACA JUGA:Running sebagai Investasi Gaya Hidup Sehat yang Menyenangkan
Namun dengan narasi dan visual meyakinkan, penonton tertarik membeli lewat link affiliate atau langsung checkout saat live.
Strategi “pura-pura kaya” juga diperkuat dengan storytelling yang relatable. Misalnya, cerita tentang “dulu susah, sekarang bisa beli barang branded karena jualan online”.
Kalimat ini, walau tidak semua benar, menjadi pengantar yang powerful. Audiens tak hanya membeli produk, tapi juga merasa sedang membeli inspirasi sukses.
Ini menjadi magnet psikologis yang mendorong transaksi impulsif, apalagi saat ditambah embel-embel promo kilat atau kode diskon spesial.
BACA JUGA:Berkebun di Rumah Perkotaan: Gaya Hidup Hijau di Tengah Hiruk Pikuk Kota yang Semakin Populer
BACA JUGA:Eggel Tempo 4 Active: Smartwatch AMOLED Canggih Cuma 500 Ribuan, Cocok untuk Gaya Hidup Aktif