Equinox ini sendiri secara tradisional dianggap jatuh pada tanggal 21 Maret, walau secara astronomis bisa sedikit bergeser.
Artinya, tanggal Paskah bisa jatuh antara 22 Maret hingga 25 April, tergantung pada kapan bulan purnama terjadi setelah 21 Maret.
Perhitungan ini disebut sebagai metode Computus, yang berasal dari bahasa Latin dan berarti "kalkulasi". Meskipun terdengar sederhana, nyatanya metode ini telah menimbulkan perdebatan panjang di masa lalu.
Pada zaman dahulu, beberapa kelompok memilih merayakan Paskah bersamaan dengan Paskah Yahudi, sementara kelompok lain menekankan bahwa Paskah harus selalu jatuh pada hari Minggu, hari kebangkitan Kristus.
Konflik ini memunculkan perbedaan waktu perayaan, hingga akhirnya Dewan Nicea menetapkan satu rumus tetap untuk menyatukan semua umat Kristen.
Fakta menarik lainnya, Paskah tercepat yang mungkin terjadi adalah pada tanggal 22 Maret dan itu hanya terjadi empat kali dalam sejarah: tahun 1598, 1693, 1761, dan 1818. Bayangkan, betapa langkanya peristiwa ini!
Jadi, jika kamu bertanya-tanya kenapa Paskah tahun ini berbeda tanggalnya dibanding tahun lalu, jawabannya terletak pada rumus kuno yang menggabungkan kalender bulan, musim semi, dan tradisi gereja.
Meski tanggalnya berubah-ubah, makna Paskah tetap sama: perayaan kebangkitan dan harapan baru.
Kini kamu tahu, bukan cuma tanggalnya yang berubah tapi sejarah panjang dan penuh dinamika di baliknya juga luar biasa menarik untuk dipelajari.