SUMEKS.CO - Makanan menjadi salah satu elemen penting dalam perayaan Imlek, tidak hanya sebagai sajian untuk dinikmati, tetapi juga sebagai simbol filosofi keberuntungan dan harapan untuk tahun yang lebih baik.
Aneka Makanan Khas Imlek dan Makna Filosofis di Baliknya--
Setiap hidangan yang disajikan memiliki filosofi mendalam yang mencerminkan nilai-nilai budaya Tionghoa. Tradisi ini menunjukkan bagaimana kuliner dapat menjadi medium untuk menyampaikan doa, harapan, dan rasa syukur.
Dalam budaya Tionghoa, makanan memiliki hubungan erat dengan konsep keseimbangan yin dan yang. Pemilihan bahan makanan untuk perayaan Imlek tidak dilakukan secara sembarangan.
Setiap bahan memiliki makna simbolis yang diharapkan membawa energi positif. Sebagai contoh, bahan yang berwarna emas atau merah sering digunakan karena melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan, konsep ini telah menjadi bagian penting dari tradisi kuliner selama berabad-abad.
BACA JUGA:Mengapa Lampion Merah Selalu Hadir Saat Imlek? Inilah Alasannya!
Salah satu makanan yang tidak pernah absen dalam perayaan Imlek adalah kue keranjang atau nian gao. Hidangan ini melambangkan kehidupan yang manis dan harapan untuk peningkatan status sosial.
Teksturnya yang lengket juga mencerminkan harapan untuk mempererat hubungan keluarga. Kue keranjang biasanya disajikan dalam bentuk bundar yang melambangkan keutuhan dan kesempurnaan.
Tradisi ini telah menjadi bagian dari budaya Tionghoa sejak zaman Dinasti Ming, menjadikannya salah satu simbol kuliner paling ikonik saat Imlek.
Ikan utuh juga menjadi menu wajib dalam perayaan Imlek. Dalam bahasa Tionghoa, kata "ikan" memiliki pengucapan yang mirip dengan kata "kelimpahan." Penyajian ikan utuh melambangkan doa untuk keberuntungan dan kemakmuran sepanjang tahun.
BACA JUGA:Sambut Imlek 2025 dengan Gaya Gen Z: Bukan Minta Angpo, tapi Isi Saldo DANA
Menurut tradisi, ikan harus disajikan dengan kepala dan ekor utuh untuk mencerminkan awal dan akhir yang sempurna.
Beberapa keluarga bahkan memiliki kebiasaan menyisakan sebagian ikan untuk hari berikutnya, sebagai simbol bahwa kelimpahan tidak akan habis.