Dalam kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dr. Azhar Jaya menegaskan bahwa resistansi antimikroba adalah masalah lintas sektor yang memerlukan kolaborasi semua pihak.
Ia menyatakan bahwa keberhasilan dalam mengatasi AMR tidak hanya bergantung pada sistem kesehatan, akan tetapi juga keterlibatan masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta.
“Ini bukan hanya soal kesehatan individu, tetapi juga menyangkut keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan ekonomi kita. Upaya pengendalian resistansi antimikroba membutuhkan kolaborasi dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat,” jelas dr. Azhar.
Ajakan Bijak Menggunakan Antibiotik
Menkes Budi dan dr. Azhar sama-sama menekankan pentingnya perubahan kebiasaan masyarakat untuk mencegah resistansi antimikroba. Langkah bijak yang harus diterapkan antara lain:
-Menggunakan antibiotik hanya sesuai resep dokter.
-Menghindari pembelian antibiotik secara bebas tanpa pengawasan medis.
-Tidak menggunakan antibiotik berlebihan pada hewan ternak.
-Membangun Kesadaran Publik
Kegiatan puncak WAAW 2024 di Bundaran HI menjadi simbol gerakan edukasi dan advokasi bersama untuk mencegah resistansi antimikroba.
BACA JUGA:Kebutuhan Obat dan Vaksin Haji 2025 Mulai Disusun Kemenag dan Kemenkes
BACA JUGA:Dukung Pengembangan Named dan Nakes, Pj Bupati Muara Enim Terima Penghargaan dari Kemenkes RI
Kemenkes berharap momentum ini dapat membangkitkan kesadaran dan mendorong masyarakat untuk bertindak nyata.
“Kami berharap kegiatan ini dapat membuka wawasan publik dan menginspirasi tindakan nyata untuk melindungi masa depan generasi mendatang,” tutup dr. Azhar.
Kemenkes mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu dalam melawan resistansi antimikroba.
Bijak dalam menggunakan antibiotik adalah langkah sederhana namun berdampak besar dalam menyelamatkan nyawa dan menjaga kesehatan lingkungan.