Dokter Richard mengaku memproduksi skincare di pabrik Heni dengan produk yang sudah BPOM dan sudah aman.
“Sudah kita masukin ke lab semuanya sama-sama, dan ketika dokter Oky mengadu aku terkejut, ternyata lebih dari itu, lebih seram daripada itu,” ungkapnya.
Apalagi, lanjut Richard Lee, produk skincarenya sudah terlanjur diproduksi disana.
BACA JUGA:Tips Terhindar dari Skincare Abal-abal, Perhatikan Beberapa Hal Ini Jika Mau Kulit Aman
BACA JUGA:Fenomena Owner Brand Skincare Ramai Minta Maaf, Doktif: Tanggung Jawabnya Apa?
“Jadi nggak bisa kita langsung switch itu dalam waktu 2 hari atau 3 hari, karena butuh waktu sampai 6 bulan dan memang permintaan konsumen selalu ada,” jelasnya.
Jadi soal produksi skincare di pabriknya Heni, lanjut Richard Lee sengaja dibawa seolah-oleh pabriknya kredibel.
“Di podcast itu dokter Oky mengaku kalau dirinya terjebak di kerjasama itu sehingga saya mau tidak mau membuat produk yang khusus, jadi inilah digiring opini publik kalau kalian sudah pintarlah sekarang ya netizen sudah lebih pinter, wartawan pun kalian harus lebih pinter ini adalah modus untuk menjatuhkan kredibilitas kami berdua supaya bisa berjualan lagi,” tandasnya.
BACA JUGA:Tips Terhindar dari Skincare Abal-abal, Perhatikan Beberapa Hal Ini Jika Mau Kulit Aman
BACA JUGA:Fenomena Owner Brand Skincare Ramai Minta Maaf, Doktif: Tanggung Jawabnya Apa?
Sebelumnya, Heni Sagara membantah terkait keterlibatannya dalam mafia skincare.
Melalui kuasa hukumnya, Kuasa Hukum Asido Hutabarat dan Johannes Oberlin L. Tobing Heni menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak benar.
Kuasa hukum menyayangkan penggunaan istilah mafia itu. Istilah itu dianggap tidak pantas dan memiliki konotasi negatif.
Selain itu, tuduhan yang dilayangkan oleh dr. O dan dr. R terkait dugaan produksi produk beretiket biru tidak terbukti.
BACA JUGA:Tips Terhindar dari Skincare Abal-abal, Perhatikan Beberapa Hal Ini Jika Mau Kulit Aman
BACA JUGA:Fenomena Owner Brand Skincare Ramai Minta Maaf, Doktif: Tanggung Jawabnya Apa?