Namun, ia juga menyarankan agar Indonesia menetapkan target jelas untuk beralih sepenuhnya ke kendaraan listrik.
"Saran saya, jangan sampai kita tidak punya target kapan berhentinya, kapan kita switch-nya. Karena jangan sampai transisi terus, akhirnya tidak pernah berubah," jelasnya.
Kenapa Mobil Emisi Hybrid Lebih unggul dari Mobil Listrik
Mobil listrik memiliki potensi untuk menciptakan udara perkotaan yang bebas emisi, namun sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia masih bergantung pada batubara.
Akibatnya, dampak pengurangan emisi dari mobil listrik menjadi kurang signifikan.
BACA JUGA:HP Terbaru Xiaomi 15 Ultra Tawarkan Konektivitas Cepat Bekat Dukungan Jaringan 5G
BACA JUGA:Kabupaten OKI Masuk Peringkat 5 Pengendalian Karhutla di Sumsel, Ini Upayanya
Menurut Joko, HEV (Hybrid Electric Vehicle) berpotensi besar dalam mengurangi gas rumah kaca (GRK) dan konsumsi energi, karena lebih bersih dibanding kendaraan listrik penuh, terutama dengan bauran listrik saat ini yang 60 persen masih batubara.
“HEV lebih efisien dibandingkan ICE dan lebih cocok jika bauran energi kita tetap didominasi batubara hingga 2040-2060,” ujarnya.
Joko menambahkan bahwa ekonomi Indonesia masih bergantung pada pembangkit batubara karena biayanya yang paling murah.
"Kita masih memprioritaskan ekonomi di atas tujuan iklim," katanya.
Ia menambahkan bahwa Indonesia belum sepenuhnya melihat tantangan ini sebagai peluang, sehingga penetrasi mobil listrik menjadi kurang efektif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.