Di sisi lain, hukum ekonomi yang berkaitan dengan permintaan dan penawaran juga tidak bisa diabaikan. Mobil listrik hanyalah salah satu dari berbagai inovasi dalam teknologi energi terbarukan.
"Kita dapat melihat bahwa masyarakat masih lebih memilih mobil hybrid, mungkin karena beberapa faktor seperti jarak tempuh, ketersediaan stasiun pengisian, atau karena mereka belum terbiasa merawat kendaraan listrik. Namun, perawatan mobil hybrid sebenarnya sama seperti merawat mobil konvensional," ungkap Dr. Alloysius Joko Purwanto, seorang Ekonom Energi dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Kamis 10 Oktober 2024.
BACA JUGA:Korban TPPO Bawah Umur di Lubuklinggau yang 'Dijual' Temannya Dibayar Rp700 Ribu Sekali Kencan
BACA JUGA:Perbaikan Jembatan Ogan Kertapati Palembang Selama Sepekan, Kasat Lantas: Ditutup Situasional Saja
Mari kita bandingkan data penjualan mobil hybrid dan mobil listrik berdasarkan laporan wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia.
Dalam hal penjualan, mobil hybrid masih memegang dominasi yang jelas. Angka penjualannya mengalami peningkatan signifikan setiap tahun. Sebagai contoh, pada tahun 2020, penjualan mobil hybrid tercatat hanya 1.191 unit.
Pada tahun 2021, angka tersebut meningkat menjadi 2.472 unit, dan pada tahun 2022, peningkatannya lebih mencolok lagi dengan penjualan mencapai 10.344 unit.
Pada tahun 2023, minat terhadap mobil hybrid semakin meningkat, yang berdampak pada peningkatan pangsa pasar. Selama tahun 2023, distribusi mobil hybrid secara wholesales mencapai 54.179 unit.
Hybrid bisa jadi opsi tapi jangan terlena
Mobil hybrid memang menarik perhatian masyarakat Indonesia dan menjadi opsi yang lebih ramah lingkungan.
Namun, para ahli mengingatkan agar tidak terlalu lama bergantung pada teknologi ini demi mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Mobil hybrid mampu mengurangi konsumsi BBM dan menghasilkan emisi yang lebih bersih.
"Hybrid electric vehicles lebih optimal dalam hal emisi karbon dioksida dan konsumsi bahan bakar, sehingga memberikan nilai ekonomis," ujar Guru Besar Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Deendarlianto.
BACA JUGA:Jadi Tersangka ke-5 Kasus Korupsi LRT Sumsel, Ini Profil Eks Dirjen KA Prasetyo Boeditjahjono