Lalu, mengenai harga gabah yang tadinya Rp4.200 per kg kini naik menjadi Rp6.200. Dari harga tersebut, publik sudah bisa melihat Nilai Tukar Petani (NTP).
BACA JUGA:Kekeringan Melanda Panen Raya Padi Mundur, Bagaimana Pasokan Beras!
BACA JUGA:BI OKI Luncurkan Merek Beras Sendiri, Wujudkan OKI Sebagai Lumbung Pangan Utama Sumsel
"Mestinya kalau harga beras baik, artinya harga gabah juga baik. Kalau harga gabah baik, artinya harga jual petani juga mestinya baik, kalau tidak ada distorsi di lapangan," ujarnya.
Sebelumnya, Bank Dunia menyebut harga beras Indonesia mahal. Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Carolyn Turk menyebut harga beras di Indonesia 20 persen lebih mahal dibanding di pasar global.
Dimana untuk harga beras di Indonesia, juga konsisten tinggi di ASEAN.
Diungkapkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan tingginya harga beras di dalam negeri saat ini karena biaya produksi dari petani sudah tinggi.
BACA JUGA:Pastikan Stok Beras Cukup, Pj Gubernur Elen Setiadi Dampingi Kepala Bapanas RI Tinjau Gudang Bulog
“Mengenai produksinya sudah tinggi. Petani berhak mendapat keuntungan,” kata Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Rachmi Widiarini.
Rachmi mengklaim kondisi ini membahagiakan petani karena harga gabah juga dibeli dengan harga di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Segampang itu, Nilai Tukar Petani juga disebut bagus.
“Sebetulnya ini membahagiakan petani,” kata dia.
Yakni dimana ketika harga beras tinggi, maka harus ada peran pemerintah yang bisa menjamin akses masyarakat untuk mendapatkan beras bagus.
BACA JUGA:Mengenal Suku Rejang, Suku Tertua di Sumatera Konon Berasal dari Mongolia
Dia menyebut sudah semestinya petani mendapatkan harga bagus, demikian juga akses masyarakat. “Pemerintah harus hadir di tengah,” kata Rachmi.