Ia mengingatkan agar PKL liar tidak diperbolehkan dan harus ada seleksi ketat bagi pedagang yang ingin beroperasi di kawasan wisata heritage ini.
"Jangan ada PKL liar, mesti selektif," tegasnya.
Penataan kawasan ini juga mencakup pengelolaan sampah dan peningkatan konektivitas antar tiga destinasi wisata di BKB.
Damenta meminta agar camat dan lurah ikut berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan ketertiban di kawasan wisata ini.
BACA JUGA:Tuntutan Belum Siap, Sidang Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Macan Lindungan Ditunda Pekan Depan
BACA JUGA:Sriwijaya FC Tertinggal 0-1 Atas Persiraja Banda Aceh di Babak Pertama, Andik Virmansyah Cetak Gol
"Camat dan lurah juga saya minta mengedukasi masyarakat," kata Damenta.
Setelah rapat review ini, akan ada rapat lanjutan untuk mengevaluasi progres yang telah dicapai dan merumuskan langkah-langkah berikutnya.
Damenta berharap proyek ini dapat mulai berjalan pada akhir tahun 2024 atau awal tahun 2025, sebagai bentuk komitmen Pemerintah Kota Palembang dalam mengembangkan pariwisata heritage.
"Target kita Desember atau tahun baru ini sudah jalan," ujar Damenta menutup pembicaraan.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Benteng Kuto Besak dan sekitarnya akan kembali hidup sebagai destinasi wisata heritage yang tidak hanya menawarkan pengalaman budaya dan sejarah, tetapi juga menjadi tempat berkumpulnya seniman dan pelaku seni lokal serta nasional.
Palembang, sebagai kota dengan sejarah panjang, memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu tujuan wisata utama di Indonesia dengan sentuhan inovatif pada kawasan heritage-nya.