PALEMBANG, SUMEKS.CO - Sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja Asisten Rumah Tangga (ART) di Kota Palembang viral di sosial media lantaran diduga tidak mau membayar gaji karyawannya sendiri.
Bukan hanya tidak mau membayar gaji karyawannya pemilik atau owner perusahaan yang beralamat di Kecamatan Ilir Timur I Palembang itu, juga disebut-sebut sering melakukan pengancaman terhadap sejumlah karyawannya.
Perusahaan penyalur ART itu viral setelah salah seorang karyawannya yang merasa terzalimi memposting tingkah laku perusahaan tempatnya bekerja ke sejumlah jejaring platform sosial media.
Salah satunya seperti yang ada pada postingan akun Instagram @palembang.kantep.
BACA JUGA:Kabar Baik, Kini Asisten Rumah Tangga ada Jaminan Sosial dan Perlindungan Hukum melalui RUU PPRT
Dalam postingan akun Instagram tersebut salah seorang karyawan yang namanya enggan disebut menuliskan kekecewaan isi hatinya.
"Bisa bantu tolong viral kan ado perusahaan penyalur ART di Palembang, hampir seluruh pekerja gajinya ditahan dan tidak mau dibayarkan selama berbulan-bulan," tulis karyawan tersebut.
"Giliran ditagih ownernya yang berinisial DCS ngamuk-ngamuk bahkan menantang, tidak hanya itu saja bahkan ngancam para pekerja. Admin di perusahaan itu juga ikut-ikutan melakukan pengancaman," tambahnya.
Masih dikatakannya, pada senin kemarin perusahaan tersebut sudah digerebek oleh polisi setelah dilaporkan oleh karyawannya sendiri namun dengan santainya ownernya liburan ke Bali bersama keluarganya.
BACA JUGA:10 Unit Mess di Desa Bailangu Muba Hangus Terbakar, Seorang Karyawan Tewas Terpanggang
"Perusahaan sudah tutup setelah digerebek polisi, tapi owner seakan tidak ada beban dengan santainya liburan ke Bali. Adminnya yang malah siru-siru ngancem-ngancem pekerja bahkan koar-koar mau nuntut balik," katanya.
"Sampai dengan hari ini gaji kami masih ditahan, sudah tiga kali ganti majikan dan tempat kerja di rumah-rumah yang disalurkan dan sudah enam bulan kerja di perusahaan penyalur ART itu tapi seribu rupiah pun belum tercicip hasil keringat kami sendiri itu," tambahnya.
Tak hanya itu, lanjut karyawan yang merasa terzalimi ini sejumlah identitas tanda pengenalnya juga masih ditahan oleh pihak perusahaan.