“Sehingga ada rasa dendam yang terkumpul, semakin lama semakin besar semakin lama semakin besar,” ungkap Tiwi lagi.
Fitri Pratiwi menilai pelaku dengan dendamnya itu menjadikan Nizam tempat untuk pelampiasan amarahnya.
“Saya sedih mendengar itu, ini sudah terjadi pada anak saya, kita hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Nizam,” katanya.
Lebih jauh Fitri Pratiwi juga menarangkan hari-hari dimana anaknya sebelum dibunuh sangat menderita.
Nizam sekolah di hari Senin itu, dan Tiwi mendapat informasi setelah pulang sekolah itu, sore hari sampai esoknya (Selasa pagi) Nizam itu dikunci di area belakang rumah yang terbuka.
“Dijemur diluar, tidak dikasih makan dari Senin sore sampai Selasa pagi, gelap dimatikan lampuny dalam kondisi hujan lebat,” ungkap Tiwi yang tampak sangat sedih.
Malam gelap, tanpa lampu, kondisi hujan deras, Nizam juga cuma pakai singlet dan celana pendek, tidak makan.
“Selasa pagi itu pintu dibuka, kemudian Nizam disuruh masuk, dimandikan, dibersihkan, entah didorong atau ditendang, Nizam tersungkur yang membuat Nizam nafasnya semakin tipis, Nizam tak kuat lagi dan akhirnya meninggal,” sebutnya.
Sebelumnya, ribuan pelayat tampak hadir menyaksikan pemakaman Ahmad Nizam Alfahri, bocah 6 tahun korban penganiayaan ibu tiri di Pontianak, Kalimantan Barat.
Kendati prosesi pemakaman baru dilakukan pukul 23.00 WIB, malam tadi, namun pelayat yang datang dari segala penjuru di Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir berdatangan sejak sore hari.
Ribuan pelayat ini, mengaku datang ke lokasi pemakaman jenazah Nizam di Desa Seribandung Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir, karena begitu tersentuh dengan peristiwa pembunuhan yang dialami sang bocah.
Saat tiba di kampung halamannya Desa Seribandung Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir, jenazah Nizam dibawa langsung ke masjid Desa Seribandung Kecamatan Tanjung Batu.