Rahmad menambahkan, untuk menjaga keberlanjutan kinerja positif tersebut, Pupuk Indonesia akan terus mendorong budaya inovasi di internal perusahaan, salah satunya melalui konvensi tahunan seperti PIQI.
Tahun ini, para finalis PIQI mampu menjawab tantangan bisnis yang dihadapi oleh Pupuk Indonesia, mulai dari keandalan operasional, penghematan biaya produksi, peningkatan daya saing produk, hingga peningkatan efektivitas organisasi.
BACA JUGA:2 Hari Lahan Gambut di Desa Kayu Labu OKI Seluas 5 Hektare Terbakar
BACA JUGA:Masyarakat Keluhkan Sistem Pendaftaran CPNS 2024 Akibat Gangguan Pembelian E-Meterai
Salah satu inovasi yang dihasilkan datang dari Pupuk Sriwidjaja Palembang yang berhasil memodifikasi unit daya hidrolik sehingga mempercepat waktu perbaikan aktuator hidrolik.
Komponen ini merupakan bagian penting dalam pengoperasian mesin-mesin di pabrik pupuk Urea.
Sebelum adanya inovasi ini, proses perbaikan aktuator hidrolik memakan waktu hingga 336 jam dan harus dilakukan oleh pihak ketiga.
Setelah adanya inovasi, perbaikan dapat dilakukan secara mandiri hanya dalam waktu 16 jam, sehingga mampu meningkatkan keandalan operasional, efisiensi waktu, dan optimalisasi produksi.
BACA JUGA:Kabupaten Muara Enim Raih Insentif Dana Rp 6,3 Miliar atas Keberhasilan Penurunan Stunting
Selain itu, inovasi lainnya berasal dari Pupuk Kaltim, yang berhasil mengoptimalkan rasio batubara pada boiler sehingga meningkatkan efisiensi energi.
Inovasi ini tidak hanya menghemat anggaran perusahaan, tetapi juga memberikan dampak positif pada keberlanjutan operasional.
Tak ketinggalan, Petrokimia Gresik meluncurkan inovasi produk pupuk berbasis fosfat yang dinamai Phosgreen.
Pupuk ini dirancang dengan modifikasi pada rasio bahan baku, sehingga dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif tanpa mengorbankan kualitas.
BACA JUGA:H-1 Penutupan Pendaftaran CPNS, Kemenkumham Sumsel Kejar Target Verifikasi Berkas Pelamar
BACA JUGA:Mabes Polri Lakukan Pengecekan dan Penertiban Pengelolaan Aset Negara BMN di Polres Ogan Ilir