"Ini menjadi pertanyaan yang sampai saat ini belum ada jawabannya," sebutnya.
Adanya isu Monkey Pox ini tentunya bisa menjadi ladang bisnis bagi para pengurus WHO, dengan cara membuat vaksin yang kemudian dijual.
BACA JUGA:Monkey Pox Menyebar, 23 Warga Tangerang Terjangkit Virus MPox, Dinkes Batam Temukan 1 Pasien
"Misalkan untuk membikin vaksin yang kemudian dijual. Jadi, berhasil menakut-nakuti orang se-dunia saja," ujarnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, untuk kedua kalinya Organisasi Kesehatan Dunia WHO resmi menyatakan status darurat kesehatan terhadap penyebaran penyakit infeksi cacar monyet atau Monkey Pox bagi masyarakat global.
Status darurat kesehatan terhadap penyebaran cacar monyet tersebut menyusul adanya temuan wabah cacar monyet di Republik Democratic Congo.
Bahkan, pengumuman status darurat kesehatan infeksi cacar monyet tersebut untuk kedua kalinya dalam dua tahun terakhir.
BACA JUGA:Waspada! Cacar Monyet Cepat Menular Lewat Aktivitas Seksual, Simak Penjelasan Dinkes Palembang
BACA JUGA: Dinkes Palembang Waspadai Penyebaran Cacar Monyet, Begini Antisipasinya
Ditambah, temuan adanya dampak kesehatan bagi yang terinfeksi penyakit cacar monyet tersebut telah menyebar ke negara-negara tetangga dari Republik Democratic Congo.
Upaya dilakukan oleh pihak komite darurat kesehatan yang sebelumnya telah memberitahu Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Pertemuan tersebut membahas tentang apakah wadah penyakit cacar monyet merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian masyarakat Internasional atau dikenal dengan status PHEIC.
Diketahui status PHEIC sendiri, merupakan peningkatan status kewaspadaan tertinggi organisasi kesehatan dunia (WHO) yang bertujuan untuk mempercepat penelitian, hingga tindakan kesehatan masyarakat internasional untuk mengatasi suatu penyakit.
BACA JUGA:1 Orang Terkonfirmasi Cacar Monyet di Indonesia Hari Ini
BACA JUGA:Cacar Monyet Menjangkit LGBT, Tapi Dampaknya Bisa Kena Orang Banyak