Screen Rant menuding kurangnya "diversity" dalam karakter dan dunia game.
Mereka berpendapat bahwa tidak ada karakter perempuan atau "feminine" dalam game. Argumen ini terasa absurd.
BACA JUGA:Gempar! Roblox Dilarang di Turki, Jutaan Anak-Anak Kehilangan Akses ke Game Favorit
Black Myth: WuKong, mengambil setting zaman kuno Tiongkok, seperti yang kita tahu bersama di mana peran perempuan memang tidak sekuat sekarang.
Selain itu, mereka juga mengkritik "performance" game. Padahal, banyak streamer yang sudah mencoba game ini di PC menyatakan bahwa "Black Myth: WuKong" berjalan lancar, bahkan di komputer dengan spesifikasi menengah.
Sebenarnya, penilaian Screen Rant ini bukan hanya soal game, melainkan tentang bias dan "wokeism" yang sedang marak di media Barat.
Mereka cenderung menjatuhkan nilai game yang tidak sesuai dengan standar "diversity" dan "inclusivity" mereka, tanpa mempertimbangkan konteks budaya dan cerita game itu sendiri.
BACA JUGA:Samsung Galaxy A05s VS Realme Note 50, Sama-sama HP Sejutaan, Mending Mana untuk Nge-Game?
BACA JUGA:Samsung Galaxy Book 3 Ultra: Laptop Non-game tapi Mumpuni untuk Libas Game Paling Berat
"Black Myth: WuKong" adalah bukti bahwa game berkualitas tinggi dapat dihasilkan di luar Barat (Asia).
Game ini menunjukkan bahwa industri game Tiongkok sedang berkembang pesat dan mampu bersaing dengan para pengembang game ternama dunia.
Sangat disayangkan bahwa media Barat justru memilih untuk mengabaikan kualitas game ini dan malah fokus pada isu-isu yang tidak relevan.
Menariknya, Black Myth: WuKong, sendiri telah mencatatkan rekor baru dengan 2,2 juta pemain online dalam waktu bersamaan.
BACA JUGA:Daftar Game Android yang Menawarkan Permainan Tingkat Dewa yang Penuh Warna di Tahun 2024
BACA JUGA:Lapas Muara Beliti Siapkan Langkah Strategis dalam Rakor Penerimaan dan Pemeriksaan Kesehatan Paslon