Munjid, yang juga merupakan peneliti di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada (PSKP UGM), menyoroti bahwa Israel saat ini berada dalam posisi terpojok di mata dunia.
BACA JUGA:Astaga? Nicholas Saputra Terciduk Jadi BA Produk Pro Israel, Netizen Ancam Boikot!
Demonstrasi besar-besaran di berbagai penjuru dunia menunjukkan bahwa Israel menjadi negara paria.
"Bahkan di Amerika, banyak pejabat yang mundur dari posisi dalam struktur administrasi Biden karena kebijakan dukungan terhadap Israel yang sama sekali tak bisa dipertanggungjawabkan secara hukum dan kemanusiaan. Gerakan boikot di mana-mana," lanjut Munjid.
Indonesia Harus Bersikap Tegas
Menurut Munjid, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia seharusnya bersikap tegas dalam mengecam tindakan genosida Israel.
"Kita harus menjauhi Israel dalam situasi seperti sekarang, jika tidak bisa ikut menghukumnya. Menjauhi itu tindakan yang paling minimal. Israel sedang butuh teman dan dukungan untuk terus membantai rakyat Palestina yang tak berdosa," tegas Munjid.
Munjid juga mempertanyakan tujuan dan manfaat dari kunjungan tersebut. Ia mengaku sangat menyayangkan kunjungan ke Israel yang tidak berafiliasi dengan PBNU itu.
BACA JUGA:Ramai-ramai Negara di Eropa Akui Palestina Resmi Sebagai Negara Berdaulat, Israel Marah Besar
BACA JUGA:Israel Pilih Bungkam, Presiden Jokowi Berbela Sungkawa Meninggalnya Presiden Iran Ebrahim Raisi
"Seluruh tindakan dan wacana yang bisa dipakai sebagai justifikasi kekerasan Israel akan mereka pakai. Buat apa ada orang-orang kita yang mendekat? Apa tujuannya? Atas nama siapa? Apa manfaatnya? Tak ada jawaban masuk akal yang bisa diterima," tegasnya.
"Saya sangat menyayangkan khususnya teman-teman yang berlatar belakang NU pergi ke sana, apalagi memposting foto dan video ke mana-mana. Saya sangat sedih dan malu melihat ini semua," paparnya.
Kunjungan Atas Nama Pribadi.
Munjid menekankan bahwa para peserta kunjungan tersebut diundang dan pergi atas nama pribadi, bukan mewakili NU secara resmi.
"Pertama, masing-masing peserta itu diundang dan pergi sebagai pribadi. Memang baju NU 'dipakai', tapi bukan lembaga NU. Mereka tidak ada yang mewakili NU secara resmi," tambahnya.