Syaikh Al-Farazdaq membaca qasidah di makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan saat itu ada seseorang yang mendengarkan qasidah pujiannya.
Setelah selesai membaca qosidah, orang tersebut menemui Syaikh Al-Farazdaq dan mengajaknya makan siang bersama di rumahnya.
BACA JUGA:Manisnya Kurma, Pahitnya Agresi Israel, Dilema Umat Islam di Bulan Ramadan
BACA JUGA:Balada Abdoel Rivai, Dampak Penjajahan Kolonial Belanda Terhadap Hukum Islam di Nusantara
Tanpa ragu, Syaikh Farazdaq menerima jamuan orang tersebut dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah, mereka sampai di rumah orang tersebut.
Namun sesampainya di dalam rumah, orang tersebut memegangi Syaikh Farazdaq dan berkata dengan keras.
“Sungguh aku sangat membenci orang-orang yang membenci Muhammad dan kubawa engkau kesini untuk kugunting lidahmu!”
Orang tersebut pun menarik lidah Syaikh Al-Farazdaq dan mengguntingnya, lalu berkata, “Ambillah potongan lidahmu ini dan ergilah kembali untuk memuji Muhammad!”
BACA JUGA:Salat Tarawih Bagi Perempuan Muslimah, di Masjid atau di Rumah? Begini Menurut Hukum Islam
Syaikh Farazdaq menangis karena menahan sakit dan merasakan kesedihan karena tidak bisa lagi membaca syair kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syaikh Farazdaq akhirnya pergi ke makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berdo’a.
"Ya Allah, jika penghuni makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang kulantunkan untuknya maka biarkan aku tidak lagi bisa berbicara seumur hidupku, karena aku tidak butuh kepada lidah ini kecuali hanya untuk memuji-Mu dan memuji Nabi-Mu. Namun jika Engkau dan Nabi-Mu ridho maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula,".
Beliau terus menangis hingga tertidur dan dalam tidurnya beliau bermimpi berjumpa dengan Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : "Aku senang mendengar puji-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu,".
Lalu Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil potongan lidah itu dan mengembalikanya pada posisi semula.
BACA JUGA:Mengenal Bayt Al-Hikmah, Perpustakaan Terbesar Dunia Sebagai Pusat Keilmuan Zaman Keemasan Islam
BACA JUGA:Umat Islam Salat Tarawih Pertama Ramadan 1445 Hijriah di Masjid Agung Palembang