Bayt Al-Hikmah terus berkembang dibawah kepemimpinan Al-Mu’tasim, pemimpin Baghdad setelah Al-Ma’mun.
Kemudian dilanjutkan oleh putranya Al-Watsiq dan mengalami titik balik dibawah pemerintahan Al-Mutawakkil yang berkuasa pada 847-861 Masehi.
BACA JUGA:Sering Muncul di Drakor! Makanan Asal Negeri Ginseng Ini Ternyata Halal Dikonsumsi Umat Muslim
BACA JUGA:Muslim Wajib Tahu! 6 Aspek yang Wajib Diupgrade untuk Mencapai Hidup yang Lebih Baik
Hal tersebut disebabkan pada masa Khalifah Al-Ma'mun, al-Mu'tasim, dan Al-Watsiq, mereka dilatarbelakangi pemikiran sekte Mu'tazilah.
Mu’tazilah ini mendukung kebebasan berpikir seluas-luasnya dan penelitian ilmiah.
Sementara khalifah Al-Mutawakkil mendukung interpretasi yang lebih literal yang hanya berdasarkan pada Al-Qur'an dan Hadits.
Khalifah Al-Mutawakkil tidak tertarik pada ilmu pengetahuan asing dan mengubah haluan lembaga ini dari rasionalisme.
BACA JUGA:Yakin Masih Mau Rayakan Valentine’s Day? Simak Dulu Sejarah Kelam Valentine dan Hukumnya dalam Islam
BACA JUGA:Kebanyakan Tuntutan Bikin Stres? Terapkan 5 Konsep Menjaga Mental Health dalam Islam
Khalifah Al-Mutawakkil menganggap tersebarnya filsafat Yunani kedalam keyakinan umat Islam sebagai sesuatu yang tidak Islami karena berasal dari ajaran non-Islam (Yunani).
Sayangnya, perpustakaan ini hancur akibat invasi Mongol pada tahun 1258 M yang menjadi awal kemunduran peradaban dunia islam.
Setelah jatuhnya Kota Baghdad ke tangan bangsa Tatar atau Mongol, pasukan yang suka melakukan pembantaian ini menginginkan Daulah Abbasiyah.
Bangsa Mongol yang melakukan invasi besar-besaran telah menghancurkan dan membantai seluruh isi Kota Baghdad tanpa terkecuali.
BACA JUGA:Dianjurkan Dalam Islam! Ternyata Ini Manfaat Mandi Sebelum Subuh yang Jarang Diketahui Umat Muslim
BACA JUGA:Jelang Ramadhan Pengen Suasana Baru? Ini Rekomendasi Desain Interior Bernuansa Islami