Komunitas Zoroaster di India yang dikenal sebagai Parsis, serta umat Buddha Vajrayana di Tibet, mengandalkan burung nasar untuk memakan mayat mereka dalam praktik yang dikenal sebagai "penguburan langit".
6. Capung merah
Di negara Jepang, capung merah (Sympetrum frequens) muncul dari padang rumput rendah dan bermigrasi ke pegunungan tinggi untuk mencari makan.
Gerombolan capung merah akan bertambah banyak pada awal musim gugur ketika mereka turun dari pegunungan ke tempat berkembang biak di dataran rendah.
Waktu ini sangat bertepatan dengan festival musim panas Obon, yang merayakan kembalinya arwah orang mati mengunjungi orang yang mereka cintai.
BACA JUGA:Cendrawasih Papua 'Si Burung Surga', Jantan Menari Melakukan Ritual Perkawinan
Capung merah dipandang sebagai pembawa pesan roh-roh ini, menurut sebuah studi etnografi tahun 1959.
7. Burung Enggang
Burung enggang dinilai sebagai hewan pembawa kematian dan kehancuran di sembilan negara di Afrika bagian selatan dan timur.
Hal ini diketahui dari survei tahun 2014 terhadap 98 orang yang dijelaskan dalam Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine.
Secara umum, masyarakat menganggap burung enggang selatan merupakan pertanda buruk.
Di Zimbabwe dan Malawi, sebagian orang menganggap jika burung enggang yang hinggap di atap rumah akan membawa sial bagi penghuni rumah, demikian laporan studi tersebut.
BACA JUGA:Kicau Mania Harus Tahu, 6 Pakan Sehat dan 4 Pantangan Burung Murai Batu Berganti Bulu alias Mabung
Jika burung enggang terlihat bergerombol dalam jumlah ganjil, itu dianggap sebagai tanda kematian.
Di Tanzania, burung ini dianggap sebagai pembawa jiwa yang mati dan roh yang marah. (*)