SUMEKS.CO - Banyak yang belum tahu bila Jembatan Ampera yang menjadi ikon Palembang, awalnya bukan bernama Ampera.
Saat diresmikan awal tahun 1965, Jembatan Ampera yang berada di Kota Palembang, jadi penghubung Seberang Ilir dengan Seberang Ulu, bernama Jembatan Bung Karno.
Namun jembatan dengan panjang 1.117 meter itu mengalami perubahan nama pada tahun 1966, atau setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 alias G30SPKI, terjadi pergantian nama.
Jembatan itu diganti nama menjadi Jembatan Ampera, yang merupakan singkatan dari Amanat Penderita Rakyat.
BACA JUGA:Sensasi Jembatan Layang dengan Panaroma Indah Membentang di Jalan Tol Pekanbaru-Padang
Dikutip dari akun snack video @sumal78.com, Ampera merupakan slogan yang disampaikan para demonstran anti PKI dan Bung Karno.
Pergantian nama itu sebagai bentuk kekecewaan warga Palembang kala itu atas dugaan keterlibatan Soekarno atas peristiwa G30SPKI.
Meski wacana itu belum terealisasi. Perlu diketahui, Jembatan Ampera dibangun sepenuhnya dari anggaran pemerintah pusat.
Dana yang diambil dari kompensasi Jepang atas penjajahan Jepang dalam Perang Dunia II.
Dikutip dari Wikipedia, ide menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906.
Saat jabatan Wali Kota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya.
Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan waktu itu.
BACA JUGA:Menyeramkan! Cerita Mistis Jembatan Ampera yang Membuat Bulu Kuduk Merinding