Mayor Husein Mutahar tercetus keinginan dalam menunbuhkan rasa persatuan negeri ini dengan melakukan pengibaran Bendera Pusaka Merah Putih.
Karena masih dalam keadaan darurat Mayor Husein Mutahar kemudian menunjuk lima orang pemuda dan pemudi. Terdiri dari 3 putri dan 2 putra.
Kelima orang tersebut merupakan perwakilan daerah yang ada di Kota Yogyakarta untuk kemudian melakukan upacara dalam mengibarkan Sang Pusaka Merah Putih.
Kemudian berlanjut hingga pada pertengahan Juni tahun 1948 setelah menyelesaikan misi penyelamatan Bendera Pusaka, Mayor Husein Mutahar kemudian tidak menangani masalah pengibaran bendera..
BACA JUGA:Harnojoyo Imbau Warga Pasang Bendera Merah Putih Sampai 31 Agustus 2023
Memasuki tahun 1967 kemudian Mayor Husein Mutahar menjabat sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menangani kembali masalah pengibaran bendera pusaka.
Dengan ide dasarnya yang pernah tercetus pada tahun 1946 lalu di Yogyakarta, kemudian Mayor Husein Mutahar mencoba membentuk kembali pasukan pengibaran bendera yang dibaginya menjadi 3 kelompok pemuda pemudi.
Tiga kelompok tersebut terdiri dari 17 orang sebagai pengiring depan, lalu juga ada 8 orang sebagai pembawa bendera, dan 45 orang sebagai pengawal.
Kelompok ini juga memiliki makna simbol tanggal Proklamasi Indonesia.Nama pasukan penginat ini juga baru dicetuskan dan muncul di tahun 1973.
BACA JUGA:10 Juta Bendera Merah Putih Akan Dibagikan ke Warga Di Bantaran Sungai Musi
Mayor Husein Mutahar--net
Idik Sulaeman, pada saat itu merupakan pembina pasukan pengibaran sang pusaka mengusulkan tentang nama kelompok yang mengibarkan bendera.
Kemudian barulah muncul nama Pasukan Pengibara Bendera atau Paskibraka. Adapun “pas” berarti pasukan, kemudian “kibra” berasal dari kata pengibar bendera dan kata “ka” dari bendera pusaka (Merah Putih), disingkat Paskibraka.
Hingga memasuki 78 tahun Indonesia merdeka, bendera pusaka dan juga Paskibra jadi komponen Peringatan Kemerdekaan RI.(*)