Hujan tetap Turun saat El Nino 2023 mulai Signifikan, BMKG: Fenomena Harian Picu Cuaca Ekstrem
PALEMBANG, SUMEKS.CO - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berikan prediksi soal hujan turun terus pada saat dampak El Nino 2023 mulai signifikan.
BACA JUGA:Cuaca Ekstrem El Nino, WMO Umumkan Mulai Terjadi Hari Ini
BMKG mengungkapkan jika ini adalah fenomena harian yang berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem.
Hujan turun saat El Nino 2023 seperti ini berpotensi menyebabkan bencana hidrometeorologi.
Namun, tidak disebut sebagai fenomema kemarau basah. Tetap saja memasuki musim kemarau.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan jika kriteria musim kemarau.
Terdapat intensitas curah hujan bulanan rata-rata berada di bawah 60 milimeter.
BACA JUGA:SIAGA, Bulan Juli 2023 Sumsel mulai Masuk Musim Kemarau, Suhu Panas Mendidih dan Kekeringan Parah
Ia memprediksi bahwa musim kemarau akan berlangsung selama 5-6 bulan, mulai dari bulan Juni hingga Oktober.
Periode bulanan dipengaruhi oleh angin atau monsun yang bergerak dari Australia menuju Asia melalui Indonesia.
"Tetapi saat ini, selain angin tersebut, terdapat fenomena yang bersifat sementara yang terjadi beberapa hari hingga satu minggu atau 10 hari dalam satu bulan," tambah Dwikorita.
Pengaruh MJO.
Selain itu, Dwikorita mengungkapkan bahwa turunnya hujan saat musim kemarau terkait dengan siklus Madden Julian Oscillation (MJO).
BACA JUGA:Katanya Fenomena El Nino 2023 belum Terasa, Nyatanya Matahari Panas Mendidih Bikin Kulit Terbakar
MJO merupakan aktivitas intraseasonal yang terjadi di wilayah tropis dan dapat dikenali melalui pergerakan aktivitas konveksi.
Aktivitas konveksi tersebut bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik dan biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.
Hal ini ditandai dengan adanya kumpulan awan dan badai petir yang bergerak ke arah timur melintasi khatulistiwa.
mempengaruhi pola cuaca, serta menyebabkan perubahan suhu dan curah hujan.
BACA JUGA:Faktor Pengendali Cuaca Bukan Hanya El Nino atau La Nina, Simak Penjelasannya
Fenomena ini terjadi lantaran ada pergerakan awan hujan dari Samudera Hindia sebelah barat Indonesia yang melintasi wilayah Indonesia.
Belum lagi pengaruh dari fenomena lokal, dan adanya pembelokan arah angin akibat pengaruh MJO.
Misalnya, kecepatan angin yang menjadi lebih rendah karena mengalami pembelokan.
"Sehingga, uap air di bawahnya akan dilepaskan. Jadi, ini hanya merupakan fenomena harian hingga pertengahan bulan ini," tambah Dwikorita.
BACA JUGA:Jangan Abai Jika Rasakan Gejala Ini Saat Cuaca Ekstrem dan Panas Mendidih, Nomor 7 Bikin Nangis Sekeluarga Loh
Meskipun hanya merupakan fenomena harian, Dwikorita menganggapnya memiliki potensi untuk memicu cuaca ekstrem.
Hal ini perlu diperhatikan mengingat di Indonesia, kekeringan dapat terjadi bersamaan dengan bencana banjir dan tanah longsor.
Perlu diwaspadai bahwa hujan saat musim kemarau dapat menyebabkan cuaca ekstrem, seperti hujan deras dan sangat deras.
Hujan deras yang sangat kuat dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi.