Di puncak gunung ini, sebagian memasang tumbal berupa batu hitam yang sudah dirajah. Batu tersebut dikenal dengan aci kala cakra, untuk menetralisir negatif dari bangsa jin selama tiga hari tiga malam.
Batu tersebut mengeluarkan hawa yang sangat panas, sehingga membuat para lelembut terpaksa menyingkir ke Laut Selatan Jawa. Kejadian itu kemudian sampai mengusik ketenangan Ki Semara Bataranaya yang selama ribuan tahun khusyuk bertapa.
BACA JUGA:Embung Desa Disulap Jadi Destinasi Wisata
Pertempuran pun akhirnya tidak bisa terhindarkan dengan Syekh Subakir selama 40 malam. Namun, selama pertempuran itu keduanya sama-sama kuat, sampai akhirnya Ki Semar yang menawarkan perundingan kepada Syekh Subakir.
Yang mana menghasilkan sebuah kesepakatan perjanjian yang dikenal dengan sebutan perjanjian Sabdo Palon. *