“Dari sejumlah naskah kuno yang kami temukan di Kota Palembang, umumnya berusia di atas 100 tahun, menggunakan kertas Eropa,”jelasnya.
Karya itu di tulis dengan hurup Arab Melayu atau hurup Jawi dengan bahasa Melayu.
“Ada juga yang menggunakan huruf Ulu dan berbahasa daerah. Seperti bahasa Komering,”imbuhnya
Masih kata Nyimas, isi naskah kuno itu umumnya tentang banyak hal yang bermanfaat.
BACA JUGA:Wajib kamu Ketahui! Inilah Jurusan Kuliah untuk Anak IPA Berikut Prospek Kerjanya
“Mulai dari sejumlah bidang pengetahuan agama Islam, hukum adat istiadat, pengobatan, syair, catatan harian dan lainnya,”jelasnya.
Perempuan yang juga berprofesi sebagai Dosen di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah itu mengatakan, bahwa perlunya di lakukan digitalisasi karna naskah kuno yang sudah berusia ratusan tahun itu kini hampir punah.
Menurutnya, kini tidak banyak lagi warga yang menyimpan naskah kuno.
“Kalaupun ada yang memilikinya, umumnya kondisinya sudah rapuh, sehingga sulit untuk dibaca,”ucapnya.
BACA JUGA:Kemendikbudristek Dan MIT Kolabarasi Membangun Ekosistem Inovasi
“Bahkan ada juga yang ketika hendak di buka malah hancur karena rapuh,”ujarnya.
Padahal isi naskah kuno itu sangat bernilai.
Peneliti Tak Perlu Lagi Membuka Naskah Asli
Karena itulah kata perempuan yang juga menjabat Ketua Masyarakat Naskah Nusantara (Manassa) Komisariat Sumatera Selatan itu perlunya di lakukan digitalisasi.
BACA JUGA:Universitas Bina Darma Palembang Siap Menuju Unggul 2025 dengan Tingkatkan Akreditasi Jurnal Ilmiah
“Saat ini banyak mahasiswa, dosen, Fondation dari dalam dan luar negeri meneliti naskah kuno,”katanya.