Para menteri hanya terdiam dan tertunduk malu.
“Baginda permasalahan ini bukan saya yang tidak sanggup mengangkatnya.
Tapi menteri-menteri andalah yang lemah.
Masa mereka ramai-ramai tidak mampu menaruh ujung mesjid ini ke bahu saya,” ujarnya.
Muka para menteri merah menahan malu.
Mereka menyadari kesalahan mereka yang akan mempermalukan Abu Nawas justru merekalah yang ahirnya malu dan terlihat lemah lemah dihadapan raja.
Rajapun sadar. Tidak mungkin ada manusia mampu memindahkan mesjid seberat dan sebesar itu.
Keinginanya sebagai raja yang ingin memiliki segala sesuatu yang diinginkannya menjadi penyebab kekisruan ini.
Diapun menyadari kesalahnnya dan meminta maaf. Diapun sadar bualan para menteri yuang hanya ingin menyenanginya membuatnya tidak berpikir sehat.
Demikian cerita rakyat ini hanya bermaksud menghibur dan tidak ada unsur apapun. (*)