Dalam tatanan adatnya, Suku Besemah memiliki dua tradisi yaitu matrilineal dan patrilineal, namun meski memiliki dua tradisi, tapi peranan dan posisi perempuan tetap sama di keluarga maupun masyarakat.
Selain itu, Suku Besemah juga mempunyai falsafah hidup "Tidak dapat membantu, jangan merusak jadilah," yang diartikan sama seperti sikap alam terhadap sesama makhluk hidup.
Masyarakat keturunan Besemah memiliki rumah tradisional yang mana warga Besemah menyebutnya dengan nama Ghumah Baghi.
Ciri khas Ghumah Baghi adalah memiliki atap yang runcing mirip seperti tanduk atau membentuk pelana kuda. Namun atap ini tidak begitu runcing jika dibandingkan dengan atap rumah adat Toraja. Atap rumah adat suku Besemah memanfaatkan bahan-bahan yang disediakan oleh alam sekitar seperti ijuk atau pohon kelapa.
BACA JUGA:Bina Petani Kopi Pagaralam
Tiang-tiang rumah juga menggunakan bahan ramah lingkungan yaitu kayu dengan rangka atap berbahan bambu. Keunikan lainnya adalah setiap sudut rangka rumah tidak menggunakan paku melainkan pasak.
Bagian dalam ghumah gaghi tidak dibuat sekat-sekat kamar melainkan hanyalah ruang yang terbuka luas. Sedangkan untuk bagian depan dibuat lebih tinggi daripada lantai bagian dalam.
Anggota keluarga dari garis keturunan laki-laki akan menempati bagian depan, sedangkan keturunan wanita akan berada di bagian dalam. Satu lagi keunikan dari rumah ini adalah tidak memiliki jendela dan hanya terdapat satu buah pintu kayu.
Dari konstruksinya Ghumah Baghi pada bagian tiang terdiri dari satu balok kayu utuh yang tidak ditanam tetapi berdiri pada sebongkah batu, konstruksi ini merupkan kontruksi anti gempa.
BACA JUGA:Keistimewaan Kota Pagaralam, Sumatera Selatan yang Memiliki 33 Air Terjun dan 26 Situs Menhir
Ghumah Baghi berbentuk rumah panggung dengan 8 tiang sehingga disebut Ghumah Baghi Ghilapan dan Ghumah Baghi Tatahan, karena terdapat pahatan pada bagian dinding dan tiang bagian atas.