SUMEKS.CO - Jalan tanah membelah hutan yang sulit dilalui kala hujan turun tidak meluruhkan semangat Rika Wahyuni Hia dan Dea Dewi Ariyani untuk menyambangi anak-anak Suku Anak Dalam (SAD) Sungai Badak.
Bermodalkan motor kedua guru sekolah dasar ini rela menembus pekatnya tanah menuju Sekolah Filial Pagar Desa, Bayung Lencir Musi Banyuasin, Sumatera Selatan dimana anak-anak SAD bersekolah. Sebuah sekolah yang berdiri atas Prakarsa PT Marga Bara Jaya bekerja sama dengan SDN 01 Pagar Desa.
Rika dan Dea yang selalu datang berboncengan satu motor harus menempuh perjalanan di tengah hutan akasia sekitar satu jam lebih untuk menjangkau SD Filial (Sekolah Jauh) Pagar Desa saat cuaca bersahabat. Mereka berdua biasa menyusuri jalan tanah sepi yang biasanya hanya dilalui oleh truk angkut kayu atau kelapa sawit.
Dan jika hujan turun malam sebelumnya, akses jalan yang biasa dilalui berubah menjadi kolam-kolam air dan tanah yang sangat rapuh serta licin untuk dipijak, sangat sulit dilewati motor.
BACA JUGA:Ini Rekomendasi SMP Terbaik Muba Berdasarkan Data Kemendikbud
Tak mau menyerah, dua guru perempuan ini mencari alternatif jalan lain meski dengan waktu tempuh lebih lama.
--
“Jika hujan jalan pasti becek banyak kolam air di jalan tanah sehingga motor kami pasti sulit melaluinya. Namun kami tetap berangkat dan memilih menyusuri jalan di tengah kebun kelapa sawit,’’ kata Rika.
Bukan tanpa halangan, jalan alternatif inipun tidak mudah ditempuh. Rika berbagi cerita bahkan ia pernah terjerembab, terjungkal jatuh dari motor.
Tantangan lain saat perjalanan menuju SD Filial Pagar Desa juga dirasakan oleh Dea. “Kadang ban kami bocor. Tak ada siapa-siapa, orang yang lewat pun tak kunjung muncul sementara kami sulit cari bantuan karena sinyal telepon genggam pun tidak ada,” seloroh Dea.
Namun, Rika dan Dea terlanjur sayang pada SAD. Segala rintangan ini tak mereka hiraukan. Rika mengatakan bahwa 16 siswa anak-anak SAD sangat bersemangat untuk belajar.’’Mereka biasanya sudah menunggu kedatangan kami di kelas. Begitu kami tiba tak ada waktu istirahat sejenak, kami biasanya langsung masuk dan segera memulai pelajaran,’’ kata Rika.
BACA JUGA:Dewan Berang Aset Pemda Jadi Pertambangan
Keluar dari Zona Nyaman dan Menjemput Tantangan Dea, guru muda yang baru berusia 24 tahun ini dan juga menyambi sebagai mahasiswa mengaku antusias menjalani keseharian sebagai guru anak-anak SAD.
“Kesempatan mengajar mereka adalah sebuah tantangan tersendiri untuk saya,” ucap Dea.
Ia mengaku keluar dari zona nyaman sebagai guru pendidikan anak usia dini (PAUD) yang lokasinya dekat dari rumahnya.