PALEMBANG, SUMEKS.CO - Sejak berdiri pada 1982, Kopi cap Sendok Mas memiliki cita rasa serta aroma khas tersendiri. Biji kopi Robusta Semendo berkualitas super pilihan serta dalam pengolahan tetap mempertahankan secara tradisional, membuat Kopi cap Sendok Mas jadi salah satu kopi yang melegenda khususnya pecinta kopi di kota Palembang.
Deru mesin penggiling kopi, serta aroma khas kopi sangat kental tercium saat melintas di salah satu tempat pengolahan produksi Kopi cap Sendok Mas di Jl KH Azhari, Kelurahan 14 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II, Palembang, tepatnya di dekat Kampung Al Munawwar.
"Biji kopi Robusta Semendo ini saat digoreng di dalam alat penggilingan kopi tetap menggunakan kayu bakar khusus pelawan, dan cara itu dipertahankan hingga sekarang," kata Abu Bakar Sukri, generasi kedua pemilik kopi Cap Sendok Mas ini dibincangi SUMEKS.CO, Jumat 14 Oktober 2022.
Menurut pria karib disapa Kiki ini, penggunaan kayu bakar jenis pelawan ini lebih tahan lama, juga membuat cita rasa kopi serta aroma kopi lebih kuat dan nikmat saat diminum. Kayu pelawan sendiri didatangkan khusus dari daerah Gelumbang Kabupaten Muara Enim.
BACA JUGA:Buah Kopi Takengon Aceh sampai ke Amerika Serikat, Ini Buah Pemberdayaan UMKM BRI
Untuk pangsa pasar sendiri, lanjut Kiki penikmat kopi Cap Sendok Mas saat ini tidak hanya dari provinsi Sumsel namun hingga ke luar daerah seperti Bandung, Surabaya dan Jakarta
Diceritakannya, awal mula usaha produksi kopi Cap Sendok Mas merupakan usaha orang tua yang saat itu memulai usahanya pada sebuah lapak kecil berukuran 2x2 meter di bawah Jembatan Ampera Kelurahan 7 Ulu Kecamatan SU I Palembang.
"Saat itu, karena lokasi usaha berada persis di dekat pasar dan terminal yang banyak orang hilir mudik mencium aroma dari proses pembuatan kopi hingga akhirnya mencoba dan ternyata cocok dengan lidah wong kito dan menjadi pelanggan tetap sampai saat ini," ungkap Kiki.
Pasang surut usaha pembuatan Kopi Cap Sendok Mas pun pernah dialami, diantaranya pada tahun 2004 lapak usaha pernah digusur serta pada tahun 2010 kios usaha di bawah Jembatan Ampera terbakar hingga turut menghanguskan mesin penggiling kopi.
BACA JUGA:Kisah Apek, Owner Kedai Kopi Legendaris, Bisa Beli Rumah dan Biaya Anak Kuliah
Namun, lanjut Kiki beberapa peristiwa tersebut tidak membuat patah arang, dan berusaha kembali bangkit, meski dengan menumpang di depan kios toko milik orang tidak jauh tempat dari jembatan Ampera.
Dari tempat itulah, kata Kiki usaha yang dirintis orang tua pun kembali berangsur bangkit, mesin yang ikut terbakar pun kemudian dibuat lagi, hingga akhirnya bisa bertahan hingga sekarang.
"Untuk usaha yang di samping jembatan Ampera Kelurahan 7 Ulu masih ada, dan yang di sini dekat Kampung Al Munawwar baru satu tahun ini didirikan, dan telah memperkerjakan 8 orang karyawan," kata Kiki.
Untuk penamaan Kopi Cap Sendok Mas Sendiri, menurut Kiki tidak ada arti khusus, namun semula sang ayah Abah Ja'far memberikan nama Kopi Cap Sendok saja tapi ibu beserta kerabat lainnya menyarankan agar menambah kata menjadi Cap Sendok Mas agar lebih meyakinkan.
Selain itu, yang masih tetap ia pertahankan hingga saat ini adalah amanah Abah Ja'far yaitu mengenai takaran timbangan kopi jangan sampai kurang, kalau dulu kopi saat diproduksi dan ditimbang menggunakan alat timbangan tradisional dinamai dacing.