Menguak Misteri Kembang Tujuh Rupa Saat Membersihkan Pusaka di Malam 1 Suro, Waspada Sarat Energi Gaib

Menguak Misteri Kembang Tujuh Rupa Saat Membersihkan Pusaka di Malam 1 Suro, Waspada Sarat Energi Gaib

Ritual Mistis Jamasan Pusaka: Menguak Energi Gaib dan Pembersihan Diri di Bulan Suro--

SUMEKS.CO- Tahun Baru Islam 1447 Hijriah kembali menyapa umat Islam di seluruh penjuru dunia.

Di Indonesia, datangnya bulan Muharram atau bulan Suro (Asyura) tidak hanya diwarnai dengan doa dan renungan, tetapi juga berbagai ritual tradisional yang sarat akan makna spiritual, mistis, serta penghormatan terhadap warisan budaya nenek moyang.

Salah satu tradisi yang masih lestari dan penuh nuansa magis adalah Jamasan Pusaka, ritual pembersihan benda-benda pusaka peninggalan leluhur seperti keris, tombak, kujang, hingga pedang. 

Tradisi ini bukan sekadar mencuci benda bertuah, melainkan juga simbol pembersihan diri, introspeksi batin, dan penghormatan terhadap para pendahulu.

Tradisi jamasan pusaka ini tersebar di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Madura, Jawa Timur, hingga Tatar Galuh Ciamis, Jawa Barat.

Bahkan hingga lingkungan keraton seperti Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, dan Keraton Yogyakarta.

BACA JUGA:Gak Boleh Keluar Rumah di Malam 1 Suro Benar Ada? Ini Alasannya!

BACA JUGA:Gawat, 1 Suro Tahun 2023 Diprediksi Akan Ada Pemberontakan di Bumi Nusantara, Murka Pribumi Membara?

Mencuci Pusaka, Merawat Diri. Di Sumenep, Madura tradisi Jamasan Pusaka masih dilakukan hingga kini setiap memasuki bulan Suro.

Fahmi Tauhedy, kolektor keris dari Sumenep, menuturkan bahwa prosesi jamasan bukan hanya bentuk penghormatan terhadap karya sang empu pembuat pusaka, tetapi juga sarana untuk membersihkan hati dan pikiran.

"Jamasan itu bukan hanya urusan fisik, tapi momen membersihkan diri. Dengan membersihkan pusaka, kita juga diajak introspeksi, meninggalkan hal buruk tahun lalu, dan berharap tahun baru membawa kedamaian dan keselamatan," ujar Fahmi.

Prosesi jamasan, mencuci pusaka biasanya dilakukan pagi hari, sekitar pukul 09.00 atau 10.00 WIB.

Tidak sembarang air digunakan. Air kembang setaman yang wangi dicampur perasan jeruk nipis menjadi media utama. 

Pusaka dibersihkan dari ujung bilah hingga gagangnya, sembari melantunkan surat Al-Fatihah sebanyak tujuh kali.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: