Dr. Ferry Kurniawan: Tradisi Lisan dan Manuskrip Banyuwangi Bisa Jadi Motor Ekonomi Kreatif dan Pariwisata

Dr. Ferry Kurniawan: Tradisi Lisan dan Manuskrip Banyuwangi Bisa Jadi Motor Ekonomi Kreatif dan Pariwisata

Dr. Ferry Kurniawan paparkan strategi produk kreatif berbasis budaya lokal Banyuwangi dalam lokakarya sastra nasional.--

SUMEKS.CO - Dalam Lokakarya Penulisan Kreatif Sastra yang diselenggarakan oleh Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI), sosok inspiratif Dr. Ferry Kurniawan, M.Pd., tampil sebagai narasumber utama.

Kegiatan ini berlangsung secara hybrid di Universitas 17 Agustus (UNTAG) Banyuwangi, dan menjadi momentum penting dalam menggali potensi budaya lokal sebagai basis ekonomi kreatif dan pariwisata.

Dengan mengusung materi bertajuk “Pembuatan Produk Kreatif Berbasis Tradisi Lisan dan Manuskrip Banyuwangi sebagai Pendukung Pariwisata”, Dr. Ferry menyampaikan gagasan besar: warisan budaya lokal seperti legenda, ritual, dan seni tradisional tidak hanya untuk dilestarikan, tetapi bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.

Dalam paparannya, ia menyoroti berbagai bentuk tradisi lisan khas Banyuwangi seperti legenda Sri Tanjung, ritual Seblang, dan tari Gandrung.

BACA JUGA:93 Mahasiswa Fakultas Sains Teknologi Universitas Bina Darma Lulus Yudisium, Siap Mewujudkan Indonesia Cerah

BACA JUGA:Penjemputan Mahasiswa KKN-T Universitas Bina Darma di Tanjung Lago, Bukti Nyata Sinergi Kampus dan Masyarakat

Ketiga unsur ini menurutnya menyimpan kekuatan naratif dan estetika tinggi yang layak diangkat ke berbagai bentuk produk kreatif modern, mulai dari merchandise budaya (kaos, boneka), media digital (film animasi, game edukatif), hingga aplikasi wisata berbasis cerita rakyat.

“Tradisi bukan hanya untuk disimpan di museum atau arsip. Ia harus hidup, hadir dalam keseharian masyarakat. Salah satunya adalah dengan menjadikannya bahan baku produk kreatif,” tegas Dr. Ferry.


Kolaborasi akademisi dan komunitas budaya di Lokakarya HISKI tingkat nasional di Banyuwangi.--

Ia juga menekankan pentingnya sinergi lintas sektor. Dalam membangun ekosistem ekonomi kreatif yang berbasis budaya, keterlibatan berbagai pihak menjadi krusial—mulai dari akademisi, pelaku UMKM, komunitas kreatif, hingga pemerintah dan investor.

Menurutnya, dengan akses pendanaan yang tepat seperti hibah budaya atau Kredit Usaha Rakyat (KUR), para pelaku ekonomi kreatif lokal bisa mengembangkan produk budaya yang kompetitif di pasar nasional maupun global.

BACA JUGA:6 Mahasiswa Universitas Bina Darma Sukses Ikuti Program Student Mobility di INTI Malaysia

BACA JUGA:Universitas Bina Darma Gelar Workshop PKM 2025, Dukung Mahasiswa Raih Prestasi Nasional

“Kita butuh ekosistem yang tidak hanya menghasilkan ide, tapi juga menjamin keberlanjutan. Budaya kita kaya, tinggal bagaimana kita mengemas dan memasarkannya dengan cara kekinian,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait