Angkat Isu Nasionalisme dan Kekerasan Perempuan, Regina Art Pentas Di Eropa
Regina Art secara resmi menginformasikan pertunjukan dua monolog (Regina Art Monologue Project) akan dipentaskan di lima negara Eropa (Jerman, Swedia, Norwegia, Belanda, dan Perancis).--
JAKARTA, SUMEKS.CO - Regina Art secara resmi menginformasikan pertunjukan dua monolog (Regina Art Monologue Project) akan dipentaskan di lima negara Eropa (Jerman, Swedia, Norwegia, Belanda, dan Perancis).
Isu nasionalisme dan kekerasan terhadap perempuan adalah latar belakang dari pementasan Regina Art Monologue Project.
Selain mengangkat nilai-nilai kehidupan dan edukasi penting untuk isu nasionalisme dan perempuan, pentas ini diharapkan menjadi pementasan yang kaya akan nilai kehidupan, budaya, dan keindahan seni.
Adapun dua judul pementasan monolog Regina Art yang akan dipentaskan adalah monolog “Besok Atau Tidak Sama Sekali” yang ditampilkan Wawan Sofwan tentang perjuangan batin Soekarno - sang Proklamator, sesaat sebelum proklamasi.
BACA JUGA:Calon Kades, Ketua Panitia Serta Bendahara Diberikan Pembekalan
Serta monolog “Cotton Candy” karya E.D.Jenura, yang ditampilkan oleh Joane Win tentang perjuangan korban kekerasan seksual dalam mengatasi traumanya.
“Dengan pementasan ini diharapkan penonton dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga kita dapat bersama-sama lebih menghargai para pendahulu bangsa, meningkatkan empati dan kesadaran, ikut berpartisipasi dalam melawan tindak kekerasan seksual, dan turut serta membela hak asasi manusia”katanya.
Pertunjukan dua monolog (Regina Art Monologue Project) menyasar penonton Diaspora Indonesia yang ada di kota-kota tempat pertunjukan berlangsung, juga untuk masyarakat lokal yang tertarik pada tema yang diangkat dalam monolog, maupun pada seni pertunjukan teater itu sendiri.
Dilain pihak Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati dalam video sambutannya mengatakan, pementasan 2 monolog di mancanegara bisa menyadarkan masyarakat tentang hak asasi manusia (HAM).
“Kami mengapresiasi monolog ini, karena membawa pesan kepedulian kasus kekerasan seksual terhadap perempuan,” ujar I Gusti Ayu Bintang Darmawati.
Ia berharap, kedua monolog juga bisa menyadarkan kepada semua tentang memperoleh kebebasan, keadilan, perlindungan, dan perdamaian.
Pada kesempatan yang sama, Komisioner Komnas Perempuan Veryanto Sitohang mengatakan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir pihaknya telah menerima pengaduan lebih dari 50 ribu kasus kekerasan seksual terhadap perempuan.
“Kasus Kekerasan seksual seperti gunung es, bisa saja yang tidak dilaporkan lebih besar,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: