Ini 4 Bahaya Petaka El Nino, Fenomena Iklim yang Menyebabkan Penurunan Curah Hujan di Indonesia
--
JAKARTA, SUMEKS.CO - Musim kemarau ditahun ini lebih parah dibandingkan Musim kemarau tahun 2020, 2021, 2022.
Ada kemungkinan musim kemarau tahun ini sama dengan musim kemarau pada tahun 2019. Namun, tidak lebih parah dari musim kemarau pada tahun 2015.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan, pada tahun ini ada 2 fenomena iklim yang menyebabkan penurunan curah hujan di Indonesia.
Fenomena tersebut yakni, Indian Ocean Dipole (IOD), ketika IOD positif, suhu permukaan laut menghangat di Samudra Hindia bagian barat, sedangkan di bagian timur mendingin.
Fenomena anomali suhu permukaan laut di Samudera Hindia yang menyebabkan perubahan pergerakan massa atmosfer atau udara.
Lalu, ada fenomena El Nino yakni, fenomena anomali kenaikan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur.
Yang menyebabkan terjadinya perubahan potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Pasifik tengah dan timur.
"Intensitas curah hujan bulan diperkirakan sangat rendah. Tentunya tanpa mitigasi atau antisipasi yang tepat, kekeringan ini akan berdampak signifikan. Begitu juga Jawa pada umumnya," terang Dwikorita.
BACA JUGA:Masa Pencermatan DCS, KPU OKI Berikan Kesempatan Parpol Pergantian Bacaleg,
BMKG telah merilis hasil pemantauan hingga pertengahan Juli 2023, yang menunjukkan 63% zona musim telah mencapai musim kemarau.
Dalam pantauan 10 hari terakhir Juli 2023, indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan nilai positif 1,14 yang menunjukkan intensitas El Nino terus menguat sejak awal Juli.
Di Indonesia, El Nino akan mempengaruhi kondisi yang lebih kering sehingga curah hujan berkurang, kekeruhan berkurang dan temperatur meningkat," kata A Fachri Rajab, Direktur Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, dikutip dari situs resmi BMKG.
Ini efek bahaya El Nino
- Gagal Panen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: