58 Detik Indonesia Timur Menghilang, Gerhana Matahari Hibrida Berlangsung 3 Jam 5 Menit

58 Detik Indonesia Timur Menghilang, Gerhana Matahari Hibrida Berlangsung 3 Jam 5 Menit

Fenomena alam langkah dan indah Gerhana Matahari Hibrida akan berlangsung hari ini 20 April 2023 berikut ini daerah yang bisa menikmati.--

58 Detik Indonesia Timur Menghilang. Gerhana Matahari Hibrida Berlangsung 3 Jam 5 Menit 

SUMEKS.CO – Badan Risert dan Inovasi Nasional (BRIN) merilis, Gerhana Matahari Hibrida di wilayah Indonesia, 20 April 2023 bakal berlangsung selama 3 jam 5 menit. Durasi total tertutup 58 detik.  

Ini mulai dari durasi kontak hingga akhir. Lokasi pengamatan di daerah Biak.

Namun, jika diamati dari Jakarta, durasi dari kontak awal hingga akhir 2 jam 37 menit. Selain itu, persentase tertutupnya matahari hanya 39 persen. 

BACA JUGA:Astaghfirullah, Ternyata Gerhana Matahari Pertanda Datang Hari Kiamat, Ini Anjuran Rasulullah SAW Pada Umatnya

Fenomena langka ini bisa dimanfaatkan untuk pengembangan saints dari berbagai disiplin ilmu 

"Fenomena cukup langka ini menjadi momen yang baik untuk dilakukan riset antariksa. Riset disiplin ilmu lain dapat memanfaatkan momen yang langka ini untuk penelitian terkait disiplin ilmu masing-masing," ujar Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Emanuel Sungging dalam siaran pers, Selasa 11 April 2023.

BRIN akan melakukan pengamatan di Biak Numfor, Papua, yang berada tepat di lintasan gerhana matahari.

Ada tiga hal yang dia dan timnya akan lakukan, yaitu riset terkait korona, dampak gerhana pada ionosfer, dan perubahan kecerlangan.

BACA JUGA:Catat! Jadwal Lengkap Fenomena Alam Gerhana Matahari Hibrida, Dilarang Melihat Langsung Tanpa Kacamata Khusus

Untuk mengukur korona akan menggunakan indeks flattening Ludendorf agar dapat melihat bentuk dan struktur korona.

Nilai indeks yang dihasilkan akan diturunkan untuk mengidentifikasi aktivitas magnetik dan memprediksi siklus matahari.

Indeks flattening Ludendorf adalah parameter kuantitatif untuk menganalisis bentuk dan struktur korona global. Menurut Sungging, indeks itu juga menjadi salah satu indikator parameter medan magnetic Matahari dalam jangka panjang.

"Memakai alat sederhana kami akan mengukur dinamika ionosfer,” ujanrya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: