Pangeran Kramajaya, Panglima Perang Kesultanan Palembang yang Tangguh Tak Terkalahkan

Pangeran Kramajaya, Panglima Perang Kesultanan Palembang yang Tangguh Tak Terkalahkan

Pangeran Kramajaya--dok : sumeks.co

PALEMBANG, SUMEKS.CO - Raden Abdul Azim Nato Dirajo, atau lebih dikenal Pangeran Kramajaya, Panglima Perang Kesultanan Palembang, yang tangguh dan tak mudah ditaklukkan Kolonial Belanda.

Era Kesultanan Palembang, Pangeran Kramajaya, jadi salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam perlawanan terhadap Kolonial Belanda.

Kramajaya, dilahirkan di Palembang, pada 1207 Hijriah atau 1792 Masehi.

Pangeran Kramajaya merupakan anak dari Pangeran Natadiradja Raden Muhammad Hanafia. Zuriyatnya bersambung dari Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago Ibn Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminim Syaidul Imam.

BACA JUGA:Kasus Pengrusakan Kompleks Pemakaman Pangeran Kramajaya, Bola Panas di Disbud Palembang?

Pangeran Kramajaya juga salah satu menantu dari Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, yang kala itu mempersunting R A Kramo Jayo Khotimah dan dikaruniai lima putri dan dua putra.

Putra dan putri beliau yakni, R A Azimah, R A Syaikho, R A Zakiah, R.A. Fatimah, R A Zubaidah, Pangeran Nata Diraja Abdul Hafiz, dan Pangeran Wira Menggala Abdur Roqib.

Selain itu, dari istri yang lain, Pangeran Kramajaya memperoleh 18 orang anak.

Saat SMB II diasingkan ke Ternate, Pangeran Kramajaya menjadi penguasa terakhir di era Kesultanan Palembang.

BACA JUGA:Waduh!, Ada Oknum Acak-acak Makam Kramat Pangeran Kramajaya di Palembang

Karena satu-satunya kerabat dari SMB II, hanya Pangeran Kramajaya yang tak diasingkan dan diberi amanah untuk meneruskan Kesultanan Palembang.

Pada masa Keresidenan, Pangeran Kramajaya, diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Kolonial Belanda.

Pengangkatan itu lantaran Kolonial Belanda ingin memperalat dan menjadi Pangeran Kramajaya sebagai peredam gejolak pemberontakan yang dilakukan Pribumi.

Kendati dijadikan Perdana Menteri oleh Kolonial Belanda, Pangeran Kramajaya tetap tak mengindahkan perintah dan bersikeras menentang penjajahan Belanda di Bumi Sriwijaya.

BACA JUGA:Suku Anak Dalam Konon Keturunan Laskar Kerajaan Jambi dan Kesultanan Palembang, Paska Perang Menetap di Hutan

Hal ini didasari kesetiaan dan kepatuhan Pangeran Kramajaya, terhadap perintah SMB II untuk tetap mempertahankan Kesultanan Palembang.

Sebelum diasingkan, SMB II memanggil empat pangeran yakni, Pangeran Kramajaya (Palembang) Pangeran Syawaluddin (Baturaja), Pangeran Abdurrahman (Tebing Tinggi-Lahat) dan Pangeran Cik Hasan (Musi Banyuasin, Sekayu).

Pada 1819, Pangeran Kramajaya dipercaya sebagai Komandan Buluwarti Timur di Benteng Kuto Besak dalam perang Menteng, dan Komandan Benteng Tambakbaya di muara Sungai Komering Plaju dengan senjata pusaka yang paling ampuh yaitu 'Meriam Sri Palembang'.

Karena keberanian Pangeran Kramajaya, menentang Kolonial Belanda, Pada Agustus 1851, malam Pangeran Kramajaya ditangkap dan diasingkan ke Purbolinggo-Banyumas, Jawa Timur dengan menumpang kapal asap waktu itu.

BACA JUGA: Sultan Muhammad Mansyur, Raja Kedua Kesultanan Palembang Darussalam Yang Terkenal Alim dan Pemberani

Setelah sekian lama menetap di Purbalinggo, Pangeran Kramajaya mengalami sakit. Akibat sakit yang dideritanya tersebut, tepat pada 5 Mei 1862, Pangeran Kramajaya wafat di usia 70 tahun. Kemudian jenazahnya dipindahkan ke Palembang, di kampung 15 Ilir, Segaran.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: