Pro Kontra Lift di Tower Jembatan Ampera Tunjukkan Kurangnya Koordinasi

Pro Kontra Lift di Tower Jembatan Ampera Tunjukkan Kurangnya Koordinasi

Jembatan Ampera. --

PALEMBANG, SUMEKS.CO - Pro dan kontra yang terjadi di lingkungan pemerintahan mengenai pemasangan lift di Jembatan Ampera Palembang, dinilai akibat kurangnya harmonisasi dan koordinasi dalam menyatukan program untuk pembangunan yang lebih baik.

Pemasangan lift di tower Jembatan Ampera akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat, bahkan terjadi silang pendapat di kalangan akademisi dan pemerintahan. Pasalnya, pemasangan lift di Jembatan Ampera Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) ini diketahui belum ada koordinasi dan komunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

Pengamat Kebijakan Publik, H Permana menilai polemik yang terjadi ini disebabkan kurang harmonisasi dalam menyatukan program untuk pembangunan yang lebih baik. Menurut Permana, pembangunan bentuk apapun yang sifatnya untuk kemajuan suatu daerah khususnya di Sumsel, setidaknya ada komunikasi secara internal.

BACA JUGA:Melanggar UU Cagar Budaya, Proyek Lift Jembatan Ampera Bisa Disetop

"Mungkin yang ahli di bidang konstruksi tidak paham tentang Cagar Budaya dan begitupun sebaliknya. Jadi harmonisasi dan komunikasi sangat diperlukan," ungkap Permana saat dibincangi SUMEKS.CO, Kamis 17 November 2022.

Lanjut Permana, pembangunan demi kemajuan suatu daerah memang sangat dibutuhkan. Sebagian kalangan setuju jika Jembatan Ampera dibuat lift guna menarik wisatawan. Hal itu dianggap akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Kendati, di sisi lain adapun yang beda pendapat karena Jembatan Ampera yang merupakan ODCB. Selain itu, dengan adanya pemasangan lift tersebut dikhawatirkan akan merubah konstruksi dan menambah berat beban dinamis dari jembatan itu sendiri. Mengingat, Jembatan Ampera usianya sudah lebih dari setengah abad.

BACA JUGA:TACB Palembang Nilai Pembangunan Lift Jembatan Ampera, Butuh Kajian Akademis

"Jika kerja sama dan koordinasi terjalin chemistry yang baik, maka pembangunan juga akan lancar tanpa kendala," imbuhnya.

Lebih lanjut Permana menuturkan, setiap daerah pasti mempunyai tokoh masyarakat, agama, dan budaya. Tokoh-tokoh tersebut hendaknya diikutsertakan dalam komunikasi terkait suatu pembangunan.

"Kita ini kan ada tokoh masyarakat, apa salahnya jika dimintai pendapat dan diajak bicara mengenai pembangunan," pungkasnya.

Diketahui, silang pendapat terjadi di kalangan Pemkot Palembang. Wali Kota Palembang H Harnojoyo meminta agar pemasangan lift di Jembatan Ampera perlu dikaji lebih dulu. Senada, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Sumsel dan Kota Palembang mengeluarkan pendapat yang sama bahwa sebelum pemasangan lift tersebut  perlu ada kajian akademis.

Sebaliknya, Gubernur Sumsel H Herman Deru menyetujui pemasangan lift tersebut jika memang aman dan untuk menarik wisatawan. Begitupun Wakil Wali Kota Palembang H Fitrianti Agustinda, yang mengaminkan pemasangan lift tersebut guna untuk kemajuan wisata di Kota Palembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: