Ketum PSSI Masih Bungkam, Seusai Diminta Tanggung Jawab Hukum dan Moral oleh TGIPF

Ketum PSSI Masih Bungkam, Seusai Diminta Tanggung Jawab Hukum dan Moral oleh TGIPF

Wartawan saat menantikan Ketum PSSI keluar dari kantornya di GBK Arena, Senayan, Jakarta. Foto: Amjad/JPNN--

BACA JUGA:Irjen Pol Albertus Rachmad Wibowo Gantikan Kapolda Sumsel Irjen Pol Toni Harmanto

Mereka juga langsung menggelar rapat Exco di kantornya, mulai dari Iwan Budianto sampai Haruna Soemitro terdapat di kantor PSSI dan belum keluar sampai pukul 20.00 WIB. 

Seperti diberitakan, hasil investigasi tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang dilakukan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) telah diserahkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hasil investigasi itu diserahkan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/10). Rekomendasi dari hasil investigasi ini salah satunya akan dijadikan sebagai rujukan kebijakan olahraga nasional.

“Nanti hasil laporan itu akan diolah oleh bapak Presiden untuk kebijakan keolahragaan nasional dengan melibatkan stakeholders tentu saja yang ada menurut peraturan perundang-undangan,” kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 14 Oktober 2022.

BACA JUGA:Irjen Pol Albertus Rachmad Wibowo Gantikan Kapolda Sumsel Irjen Pol Toni Harmanto

Berdasarkan hasil investigasi, kata Mahfud, ratusan korban tewas di Stadion Kanjuruhan karena berdesak-desakan setelah para suporter Arema (Aremania) ditembakkan gas air mata. Mahfud mengakui mereka tewas sangat mengerikan, setelah memeriksa 32 CCTV yang ada di Stadion Kanjuruhan.

“Fakta yang kami temukan korban yang jatuh itu proses jatuhnya korban itu jauh lebih mengerikan dari yang beredar di televisi maupun di medsos karena kami merekonstruksi dari 32 CCTV yang dimiliki oleh aparat. Jadi itu lebih mengerikan dari sekedar semprot mati,” ucap Mahfud.

Dalam peristiwa yang terjadi pada Sabtu (1/10) malam, para Aremania sempat saling monolong teman-temannya yang karena dampak gas air mata. Bahkan, mereka memberikan alat bantu pernafasan seadanya kepada para rekannya yang mengalami sesak napas.

Saling gandengan untuk keluar bersama, satu bisa keluar yang satu tertinggal, yang di luar balik lagi untuk nolong temannya terinjak-injak mati. Ada juga yang memberi bantuan pernapasan itu, karena apa satunya sudah tidak bisa bernapas, membantu kena semprot juga mati gitu itu ada di situ,” ucap Mahfud.

BACA JUGA:Irjen Pol Teddy Minahasa Tersangka Kasus Peredaran Sabu-Sabu

Ketua TGIPF ini juga menyatakan, saat ini racun pada gas air mata tersebut sedang dilakukan pemeriksaan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Menurut Mahfud, apapun hasil BRIN tidak bisa disimpulkan ratusan nyawa yang hilang itu akibat dari gas air mata.

“Adapun peringkat keterbahayaan atau racun pada gas itu sekarang sedang diperiksa oleh BRIN. Tetapi apapun hasil pemeriksaan dari BRIN itu, tidak bisa menyoreng kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama disebabkan oleh gas air mata,” pungkas Mahfud.

Seperti diberitakan sebelumnya, polisi tegaskan penyebab kematian para penonton di stadion Kanjuruhan, Malang, bukan karena gas air mata.

Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyebut penyebab kematian ratusan suporter Arema Malang tapi karena kekurangan oksigen, saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin, 10 Oktober 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jpnn