Sepak Bola Kemalaman

Sepak Bola Kemalaman

Azrul Ananda--

Klub belum tentu mendapatkan tambahan yang fair. Malah, berdasarkan pengalaman Senin malam lalu, klub sudah pasti mendapat pukulan loss revenue (kehilangan pemasukan). Pertandingan Senin larut malam itu adalah pertandingan dengan jumlah penonton tersedikit sejak saya mulai mengelola Persebaya pada 2017. Loss revenue memang belum tentu rugi. Tapi, bagi klub yang biaya penyelenggaraan pertandingannya tinggi, loss revenue hampir selalu berujung kerugian. Semoga saja tidak harus 17 kali loss revenue.

Tinggal menunggu di akhir musim. Apakah loss revenue-nya sebanding dengan nilai tambahan yang diwacanakan liga. Pada saat ini, saya merasa, 99 persen tidak.

Sekarang, kita bicara soal potensi kehilangan yang lebih menyakitkan lagi untuk masa depan.

Bagi saya, yang paling menyebalkan dari kickoff larut malam itu adalah tidak bisa mengajak, atau memaksa, anak-anak saya untuk menonton Persebaya. Dan saya yakin, banyak yang punya cerita seperti saya. Anak-anaknya tidak bisa menonton. Jangankan menonton di stadion. Menonton di televisi saja tidak bisa karena kemalaman.

BACA JUGA:Arema FC Bisa Dilarang Jadi Tuan Rumah Sepanjang Musim Ini

Senin malam lalu, saya harus "piket" jaga dua putri saya di rumah. Tidak bisa ke stadion. Karena istri saya sedang menemani anak pertama saya di luar kota. Walau saya menyalakan pertandingan, mereka sudah masuk kamar untuk tidur sekitar pukul 21.00. Sudah terlalu mengantuk. Karena besok pagi-pagi sudah harus bangun dan bersiap berangkat sekolah.

Saya yakin, saya tidak sendirian. Ada banyak yang seperti itu. Ada banyak pula yang secinta apa pun pada Persebaya, tidak mungkin bisa menonton pula malam itu. Karena besok pagi-paginya harus bekerja.

Oke. Sesekali tidak bisa menonton tidak apa-apa. Tapi jam larut malam ini sudah berlangsung sejak tahun lalu.

Dalam hal ini, liga kita melupakan calon-calon penggemarnya di masa depan. Anak-anak kecil yang kelak akan jadi suporter fanatik, menjadi penopang kehidupan klub dan liga masa depan. Lihat saja bagaimana liga-liga maju bekerja begitu keras mendapatkan fans sejak semuda mungkin.

BACA JUGA:Bupati Malang Akan Tanggung Biaya Perawatan Supporter Aremania

Anak-anak kecil inilah yang kelak akan mengubah sepak bola kita. Yang berpotensi jadi suporter lebih baik, pemain lebih baik, pengelola klub lebih baik, pengelola liga lebih baik, pemimpin negara lebih baik.

Tapi ya beginilah kalau hidup masih bingung urusan perut. Masih bingung untuk sekarang. Belum bisa berpikir lebih jauh. Belum bisa membuat keputusan yang lebih besar...

Oh ya, hampir lupa. Tulisan ini masih terlalu selfish. Masih terlalu memikirkan diri sendiri. Belum memikirkan potensi masalah yang lebih luas lagi: Konsekuensi keamanan masyarakat! Kalau pertandingan selesai pukul 22.30, jam berapa Anda bakal sampai rumah?

Pada saat itu, sudah banyak orang lelah di jalan. Dan kita harus berempati kepada aparat pengamanan, yang mau tidak mau harus ikutan berjaga sampai larut malam. Padahal, tenaga mereka mungkin dibutuhkan untuk kepentingan lebih luas lagi. Dan tenaga mereka kembali dibutuhkan keesokan harinya untuk selalu sigap menjaga keamanan masyarakat.

BACA JUGA:UPDATE, Korban Meninggal Dunia Tragedi Kanjuruhan Bertambah Jadi 174 Orang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: happywednesday.id