Daftar Pertandingan Sepakbola yang Paling Mematikan di Dunia, Arema vs Persebaya Nomor 2

Daftar Pertandingan Sepakbola yang Paling Mematikan di Dunia, Arema vs Persebaya Nomor 2

Kerusuhan Arema FC verses Persebaya menelan 129 korban jiwa, Sabtu malam 2 Oktober 2022, maka peristiwa tragis menjadi catatan sejarah dunia.-foto:net-

PALEMBANG, SUMEKS.CO -  Jika memang benar dan akurat kerusuhan Arema FC verses Persebaya menelan korban jiwa hingga 129  orang Sabtu malam 2 Oktober 2022, maka peristiwa tragis menjadi tambahan catatan sejarah kelam dunia.

Derby Arema FC versus Persebaya masuk daftar di urutan kedua sebagai pertandingan sepak bola yang paling mematikan dalam sejarah.

Urutan pertama pertandingan sepakbola yang mematikan terjadi pada 24 Mei 1964. Tim nasional Peru dan Argentina saling bentrok di babak kualifikasi kedua Turnamen Olimpiade Tokyo. 

Pertandingan, yang diselenggarakan oleh Peru di Estadio Nacional saat itu menewaskan 328 orang.

Seperti dikutip Priceonomics  ada tiga bencana paling mematikan yang pernah ada.

Yaitu Bencana Nasional Estadio (Peru), Bencana Stadion Olahraga Accra (Ghana), dan Bencana Hillsborough (Inggris).

Berikut Tiga Peristiwa yang Paling Banyak Menelan Korban Jiwa:

BACA JUGA:Arema FC Bisa Dilarang Jadi Tuan Rumah Sepanjang Musim Ini

1. Bencana Nasional Stadion Tewas 328 Orang

Pada 24 Mei 1964, tim nasional Peru dan Argentina diadu bersama di babak kualifikasi kedua dari belakang untuk turnamen Olimpiade Tokyo. Pertandingan, yang diselenggarakan oleh Peru di Estadio Nacional (Stadion Nasional) di Lima, menarik penonton berkapasitas maksimum 53.000 — 5% dari populasi ibu kota pada saat itu.

BACA JUGA:Begini Kronologi Kerusuhan Pasca Laga Arema FC Kalah Lawan Persebaya

Dalam rentang sepuluh detik, ribuan penggemar Peru berubah dari kegembiraan menjadi kemarahan Kerusuhan terjadi, dan polisi meluncurkan tabung gas air mata ke kerumunan, yang mendorong puluhan ribu penggemar untuk mencoba melarikan diri dari stadion melalui tangganya. 

Sebagai akibatnya, 328 orang tewas karena sesak napas dan/atau pendarahan internal, meskipun kemungkinan jumlah korban tewas lebih tinggi. Tuduhan kemudian muncul bahwa  pemerintah telah meremehkan jumlah korban jiwa dan menutupi kematian beberapa orang yang terbunuh oleh tembakan polisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: