SUMEKS.CO,- Insiden intimidasi terhadap wartawan yang tengah menjalankan tugas liputan di Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan pada Senin, 17 November lalu kembali menegaskan satu kenyataan pahit: menjadi jurnalis di Indonesia masih berarti harus berhadapan dengan risiko tekanan, gangguan, bahkan ancaman.
Padahal, sejak era reformasi bergulir dua dekade lebih, kita seharusnya sudah menempatkan kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi yang tak boleh disentuh oleh perilaku represif siapa pun.
Tetapi pada praktiknya, kejadian demi kejadian menunjukkan bahwa sebagian orang masih gagal memahami—atau sengaja mengabaikan—peran vital pers bagi publik.
Para wartawan yang hadir di Kejati Sumsel hari itu bukan sedang berburu sensasi atau memaksa masuk ke ruang yang dilarang.
BACA JUGA:Kuasa Hukum Pertanyakan Kapasitas Terlapor Tutup Kaca Mobil Tahanan Tersangka Korupsi Rp1,6 Triliun
Mereka hanya menjalankan fungsi profesinya: memotret jalannya proses hukum yang menyangkut kasus korupsi bernilai triliunan rupiah, sebuah perkara yang jelas berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas.
Ketika jurnalis dihalangi saat hendak mengambil gambar tersangka, didorong, diteriaki, atau dibatasi aksesnya oleh kerabat maupun orang dekat pelaku kejahatan, maka persoalan utamanya bukan sekadar soal etika atau ketidaksopanan.
Itu adalah bentuk pengingkaran terhadap hak publik, untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Menghalangi kerja wartawan adalah serangan langsung terhadap inti demokrasi. Demokrasi tidak runtuh hanya karena kudeta besar atau perubahan rezim yang dramatis.
Ia bisa rapuh oleh tindakan-tindakan kecil yang dibiarkan terus terjadi: sedikit intimidasi di sana, sedikit penghalangan di sini, perlahan membuat pers terbiasa berhati-hati berlebihan, lalu lama-lama takut.
Ketika pers takut, publik pun kehilangan sumber informasi yang jernih. Pada titik itulah kekuasaan—baik kekuasaan pejabat negara maupun kekuasaan informal yang bersandar pada kedekatan dan uang—dapat bergerak tanpa kontrol.
BACA JUGA:Kejati Sumsel Beberkan Peran Kunci Wilson dalam Skandal Korupsi Kredit Macet PT BSS dan PT SAL
BACA JUGA:Tersangka WS Resmi Ditahan Terkait Dugaan Korupsi Fasilitas Kredit PT BSS dan PT SAL Rp1,6 Triliun
Insiden di Kejati Sumsel sepatutnya tidak dianggap kejadian sepele. Ini bukan sekadar persoalan keributan kecil di halaman kantor kejaksaan.